kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi Telkomsel di Gojek lebih untung daripada bikin perusahaan baru


Selasa, 13 Oktober 2020 / 20:36 WIB
Investasi Telkomsel di Gojek lebih untung daripada bikin perusahaan baru


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai perusahaan seluler terbesar di Indonesia, Telkomsel harus tetap agresif untuk memperkuat pasarnya. Digitalisasi yang terjadi secara massif di Indonesia merupakan peluang bagi Telkomsel untuk mengoptimalkan kekuatan infrastrukturnya.

Kiswoyo Adi Joe, Head of Investment Reswara Gian Investa mengatakan, perusahaan telko seperti Telkomsel dan Telkom sebagai induk usahanya, harus memperbesar penetrasi ke sektor digital.

Selain sudah menjadi kebutuhan pasar masa kini, bisnis konektivitas seperti SMS dan seluler mengalami tren yang semakin menurun.

Kiswoyo menilai rencana masuknya Telkomsel ke Gojek sebagai langkah strategis dan taktis. Pertama, hingga kini belum ada perusahaan telekomunikasi  yang masuk ke Gojek. Kedua, Gojek merupakan perusahaan layanan on demand terbesar di Indonesia.

Baca Juga: GoFood aplikasi paling ramah pengguna, begini komentar Kominfo

"Dengan masuk ke Gojek, Telkomsel bisa langsung menikmati pasar yang dimiliki Gojek. Strategi ini lebih baik daripada Telkomsel atau Telkom membangun perusahaan digital baru," ujar Kiswoyo dalam keterangannya beberapa waktu lalu.

Beberapa investasi Telkom dan anak usahanya di bisnis digital memang tidak sukses. Contohnya investasi Telkom di platform e-commerce Blanja.com yang tutup awal September lalu.

Sementara investasi Telkom di perusahaan distribusi kartu seluler yaitu PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) juga tekor lantaran perusahaan itu kini menghadapi kebangkrutan.

Investasi Telkom di dua perusahaan tadi cukup besar. Seperti di TELE, total investasi Telkom lewat anak usahanya yaitu PT PINS Indonesia mencapai Rp 1,4 triliun. Sedangkan investasi di Blanja.com yang dilakukan sejak tahun 2012 juga cukup besar.

Di kuartal II 2020, aset PT Metraplasa, yang menaungi Blanja.com hanya tersisa Rp 116 miliar. Sementara di akhir 2019 masih Rp 214 miliar.

"Daripada buka perusahaan baru, belum tentu bisa eksis, Mending investasi di perusahaan digital yang sudah jalan dan punya pasar seperti Gojek," jelas Kiswoyo.




TERBARU

[X]
×