Reporter: Azis Husaini, Pratama Guitarra | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tak hanya perusahaan China dan Jepang yang terus merangsek di megaproyek listrik, investor Amerika Serikat (AS) juga tergiur ikut menggarap proyek berkapasitas 35.000 megawatt (MW).
Hasil lawatan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat awal pekan ini menjadi salah satu bukti. Dari total nilai kerjasama investasi US$ 20 miliar, sekitar US$ 4 miliar masuk ke sektor kelistrikan dengan potensi pembangkit yang akan terbangun lebih dari 4.000 MW.
Kerjasama di proyek pembangkit listrik ini, mayoritas untuk proyek yang digarap oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Adapun, perusahaan dari Amerika yang mendominasi kerjasama adalah General Electric (GE).
Perusahaan yang selama ini lebih aktif menjadi penyuplai boiler untuk pembangkit listrik akan melangkah menjadi investor di proyek setrum yang dikerjakan oleh anak usaha PT PLN.
Sudirman Said, Menteri ESDM mengatakan, kerjasama dengan perusahaan AS tidak langsung dilakukan PLN, tapi lewat anak usahanya. Harapannya, kerjasama ini bisa mempercepat elektrifikasi sesuai target pemerintah.
Apalagi, PLN juga akan membeli fasilitas pembangkit mobile produksi GE. Pembangkit mobile ini akan dipakai untuk melayani kebutuhan listrik di pulau-pulau terluar, antara lain: Mataram Nusa Tenggara Barat, Bangka, Tanjung Jabung, Pontianak, Lampung, dan Sei Rotan.
"Kami akan membeli produk dan jasa GE karena teknologi mereka lebih maju, seperti empat turbin gas berkapasitas 100 MW dengan harga US$ 100 juta," ujar Adi Supriono, Sekretaris Perusahaan PLN kepada KONTAN, Selasa (27/10).
Adi menambahkan, kerjasama dengan Amerika kian melengkapi kerjasama proyek pembangkit listrik dengan negara-negara lain. Selain AS, PLN juga menggandeng investor Jepang, China, bahkan perusahaan dari Eropa dalam proyek listrik serta perusahaan dari dalam negeri.
Pengamat Energi dari Universitas Indonesia Iwa Garniwa menilai, Indonesia memang memerlukan teknologi lain selain dari China dan Jepang. "Teknologi AS harus di pertimbangkan," tegasnya.
Adapun, penilaian pengamat ketenagalistrikan Fabby Tumiwa pembelian produk pembangkit mobile dari GE diperlukan. Bisa berpindah-pindah, pembangkit jenis ini cocok untuk daerah terluar yang pembangkitnya sering rusak. "Kalau sedang perawatan bisa memakai produk GE itu," ungkap dia.
Selain itu, pembelian langsung dari GE oleh PLN bisa membuat PLN lebih efisien. Ia menduga lewat pihak ketiga lebih boros hingga 40%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News