Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Organisasi negara produsen lada, International Pepper Community (IPC) belum mampu mengendalikan harga lada. Melimpahnya pasokan lada dituding jadi biang keroknya.
"Perhatian IPC ke masalah penangangan harga tidak sepenuhnya maksimal karena banyak masalah lain yang dilihat termasuk planting material, bibit, hama, dan kualitas," ujar Deny Wachyudi Kurnia, Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional, Senin (13/11).
Deny bilang IPC bukanlah organisasi yang besar. Saat ini IPC terdiri dari 5 negara yaitu Indonesia, India, Vietnam, Malaysia, dan Sri Lanka. Saat ini IPC tengah mengupayakan China dan Kamboja untuk bergabung.
Saat ini harga lada putih dinilai terus turun. Harga lada putih di Indonesia mencapai Rp 50.000 per kilogram (kg). Sementara sebelumnya harga pernah mencapai Rp 150.000 per kg.
"Sekarang harga lada turun menjadi Rp 50.000 per kg di tingkat petani, kalau di tingkat ekspor sekitar Rp 80.000 kg," terang Deny.
Penurunan harga lada dinilai akibat dari terjadinya kelebihan produksi. Namun, Deny bilang kelebihan produksi tersebut tidak terjadi di Indonesia.
Produksi Indonesia diakui masih sedikit. Dari total lahan pertanian lada seluas 150.000 hektare (ha), produksi lada hanya sekitar 75.000 ton hingga 85.000 ton.
Hak tersebut diakibatkan dari belum mudahnya akses petani Indonesia kepada industri keuangan. Selain itu efektivitas pengairan pun dinilai belum mampu meningkatkan produksi.
Selain itu, pada hitungan tersebut tidak memperlihatkan jumlah lahan baru. Hal itu mempengaruhi perbandingan antara lahan dan hasil produksi.
Deny bilang masih terdapat lahan baru yang belum berproduksi karena produksi baru bisa terjadi pada tahun kedua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News