Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat UMKM dan Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) Mudrajad Kuncoro menyebut bahwa boikot terhadap produk yang dianggap berafiliasi dengan Israel masih berdampak pada kinerja sejumlah restoran cepat saji, termasuk Kentucky Fried Chicken (KFC) dan McDonald's di Indonesia.
Menurut laporan keuangan, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pemegang hak waralaba KFC di Indonesia, mencatatkan kerugian sebesar Rp 558,75 miliar per kuartal 3 tahun ini.
Baca Juga: Kinerja Industri Melemah Sepanjang 2024, Begini Tanggapan Hippindo
Angka ini melonjak 266,58% dibandingkan kerugian sebesar Rp 152,42 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Di tingkat global, McDonald's juga mengalami penurunan kinerja, dengan saham yang telah merosot 15% hingga pertengahan tahun.
Penjualan di AS turun 0,7% pada kuartal yang berakhir pada 30 Juni, dibandingkan dengan kenaikan 10,3% setahun sebelumnya. Penurunan juga terlihat di pasar internasional, terutama di Prancis.
Mudrajad menjelaskan bahwa faktor boikot terkait sentimen pro-Palestina menjadi salah satu penyebab penurunan ini.
Baca Juga: KFC (FAST) Catat Rugi Rp 558 Miliar di Kuartal III-2024, Tutup 47 Gerai Sejak 2023
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 83 Tahun 2023, yang mengatur dukungan terhadap perjuangan Palestina, memicu beberapa masyarakat Muslim di Indonesia dan negara tetangga untuk memasukkan KFC dan McDonald's dalam daftar produk yang diboikot, meskipun pihak restoran telah membantah keterlibatan dengan Israel.
Selain dampak boikot, KFC dan McDonald's menghadapi persaingan ketat dari merek lokal. Merek ayam goreng seperti Sabana, Hisana, Ayam Geprek Bensu, D'kriuk, dan d'Best O Chicken & Burger semakin populer di Indonesia.
Mudrajad mencatat bahwa merek-merek lokal ini memiliki keunggulan dari segi biaya modal yang lebih rendah, sehingga harga yang ditawarkan kepada konsumen pun lebih kompetitif.
Baca Juga: Daya Beli Melemah, Pewaralaba Burger King di India Merugi
“Persaingan semakin ketat dengan pemain lokal, di beberapa daerah bahkan muncul KFC dengan kepanjangan 'Klaten Fried Chicken', yang lebih diminati dari KFC asli. Ini menunjukkan bahwa para pemain lokal mampu menarik perhatian pasar dengan konsep usaha mikro dan menengah,” ujarnya, Jumat (8/11).
Ketua Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah menambahkan bahwa keberadaan waralaba ayam lokal turut menjadi tantangan besar bagi KFC dan McDonald's dalam mempertahankan pasar mereka di tengah sentimen boikot.
Selanjutnya: Viktor Gyokeres Jadi Rebutan Klub-Klub Besar Eropa, Arsenal and Chelsea Ikut Antre
Menarik Dibaca: Hujan Petir Terjadi di Banyak Daerah, Ini Prakiraan Cuaca Besok (9/11) di Jawa Tengah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News