Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) pada tahun ini merevisi target produksi perusahaan dari sebelumnya 25 juta ton batubara menjadi hanya 22,6 juta ton saja. Penurunan target produksi sebesar 2,5 juta ton ini disebabkan curah hujan di sepanjang tahun ini, sehingga produksi menyusut.
Sampai dengan kuartal III tahun ini, Indo Tambang hanya memproduksi 16,2 juta ton. Sedangkan pada kuartal IV ini ITMG menargetkan bisa memproduksi 6,4 juta ton tambahan. Artinya saat ini jumlah produksi batubara ITMG terus menurun. Pada tahun 2013, perusahaan masih memproduksi 29,4 juta ton dan tahun lalu hanya 25,6 juta ton.
“Revisi volume produksi karena curah hujan yang tinggi di tahun ini,” ujar Yulius Gozali, Direktur Keuangan sekaligus Investor Relations ITMG di Jakarta, Selasa (14/11).
Namun secara pendapatan perusahaan tidak mengalami penurunan karena harga batubara yang tengah meningkat, perusahaan mengatakan average selling price (ASP) batubara miliknya sampai akhir tahun akan bertahan di level US$ 72-US$74 per ton. Hal ini yang membuat pendapatan perusahaan meningkat menjadi US$ 1,16 miliar dari sebelumnya US$ 958 juta.
Jusnan Ruslan, Direktur Marketing ITMG menambahkan selama sembilan bulan pertama penjualan batubara mencapai 16,5 juta ton atau turun 3,6 ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Menurutnya faktor hujan membuat produksi perusahaan mengalami gangguan dan menyebabkan penjualan sampai dengan kuartal III mengalami penurunan.
Namun tak seperti target produksi yang meleset, target penjualan menurutnya masih inline dengan target awal. Apalagi saat ini perusahaan sudah menjual 88% penjualan kontrak dan 10% penjualan melalui pasar spot dan hanya tinggal 2% produksi yang belum dijual. Yang jelas, kendati produksi mengalami penurunan, perusahaan berhasil memaintain kinerja keuangan akibat harga yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.
“Untuk penjualan kami sampai 23,5 juta ton di asumsi produksi kami sampai 22,6 juta ton, untuk harga sembilan bulan itu sampai di level US$ 70 (per ton) karena indeks bagus mendekati US$ 100, jadi kami prediksi harga kami US$ 72-74 sampai akhir tahun 2017,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News