Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
Melansir laporan keuangan pada kuartal III 2019, pendapatan ITMG turun 7,8% menjadi US$ 1,3 miliar. Alhasil, laba ITMG ikut tergerus 49,23% menjadi US$ 101,22 juta.
Yulius mengatakan, harga batubara dunia akan bergantung pada posisi pasokan dan permintaan global. Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat saat ini sebagai akibat perang dagang akan mempengaruhi pertumbuhan permintaan batubara.
Sementara itu, kebijakan impor batubara oleh Pemerintah China juga merupakan faktor penentu harga batubara global. “Mengingat negara ini adalah produsen sekaligus konsumen batubara terbesar di dunia,” imbuhnya.
Baca Juga: Indika Mengejar Produksi Batubara di 2020 Sebanyak 30,95 juta ton
Jika ditelusuri, penjualan batubara ITMG per kuartal tiga kemarin didominasi ekspor ke Asia Tenggara non-Indonesia, India, dan Pakistan senilai US$ 530,94 juta. Kemudian diikuti oleh Taiwan, China, Hong Kong, Korea sebesar US$ 328,95 juta.
Yulius mengaku, permintaan ekspor masih tergolong stabil meski terjadi penurunan harga batubara. Sebab, kebanyakan pelanggan ITMG merupakan pelanggan premium yang cocok dengan jenis batubara produksi perusahaan.
ITMG juga berusaha mempertahankan pangsa pasar ekspor yang sudah ada sembari terus menjajaki potensi pasar baru di negara-negara berkembang seperti Vietnam, Bangladesh, dan Myanmar.
Sementara itu, Yulius tidak menjelaskan secara rinci capaian produksi batubara ITMG khusus untuk domestic market obligation (DMO) sampai saat ini. Namun, ia bilang pihaknya memasarkan 15% dari volume penjualan batubara secara keseluruhan untuk pasar domestik di tahun ini.
Baca Juga: Turun 22,73% year to date, simak rekomendasi analis untuk saham BUMI
Sedangkan untuk sisanya, perusahaan akan melakukan transfer kuota demi memenuhi kewajiban DMO batubara. “Sebagian besar batubara kami berkalori tinggi sehingga tidak cocok bagi pasar dalam negeri,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News