Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
“Untuk industri baterai sendiri dari sisi perizinan sudah siap. Proyeksinya, mungkin dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun kami sudah membangun pabrik baterai. Yang penting bahan bakunya. Kami tidak hanya memproses dengan smelter biasa tapi kami dorong menjadi produk jadi,” tegasnya.
Di samping proses pembangunan yang cepat, Erry mengatakan, kebangkitan tenaga kerja di IWIP cukup luar biasa. Hal ini terbukti sampai dengan Maret 2022, total penyerapan tenaga kerja sudah mencapai 29.800 orang. Perinciannya, 28.000 tenaga kerja Indonesia dan 1.800 tenaga kerja asing.
Asal daerah tenaga kerja lokal tersebut sebanyak 50% dari wilayah Lingkar Tambang, 25% dari Maluku Utara, diikuti dari Halmahera Tengah sebanyak 12%, dan sisanya dari Halmahera Timur, Nasional, dan Indonesia Timur lainnya.
Sampai dengan akhir tahun 2022 nanti, untuk memberdayakan anak bangsa, pihaknya membidik 32.000 tenaga kerja lokal. Dengan demikian, IWIP akan merekrut 10.400 orang pekerja baru di tahun ini.
Baca Juga: Jadi Segini, Bank Dunia Pangkas Tajam Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi China
Erry mengakui, pembangunan yang dilaksanakan IWIP saat ini utamanya untuk pabrik atau bangunan yang sifatnya mekanikal dan elektrikal. “Pembangunan ini kami gunakan sistem modular di mana sistem serta teknologinya banyak diambil dari China,” ujarnya.
Maka dari itu, karena teknologinya sangat spesifik dari China untuk saat ini tenaga kerja asing lebih banyak kaitannya dengan instalasi mesin.
Dalam pelaksanaannya, mula-mula tenaga asing yang menginstalasi mesin, tetapi dalam prosesnya kontraktor lokal sudah terlibat. Jadi tenaga asing lebih banyak untuk konstruksi dan transfer teknologi.
Pada saat Indonesia mengalami kontraksi ekonomi akibat pandemi, IWIP dapat berkontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maulu Utara dengan catatan pertumbuhan industri pengolahan sebesar 5,47%. Hal ini menjadikan PDRB Provinsi Maluku Utara yang terbesar di Indonesia dengan nilai 9,48% pada kuartal IV 2020.