Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Pengaruh margin spread terhadap top line dan bottlom line tergambar pada kinerja tahun lalu. Berdasar catatan internal FPNI, perusahaan hanya mencatatkan penurunan tipis sebesar 12% secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada sisi volume penjualan.
Namun demikian, di saat yang bersamaan, FPNI juga dihadapkan pada penurunan rata-rata spread sebesar US$ 40 metrik per tahun dari semula US4 182 per mt di tahun 2018b menjadi US$ 221 per mt.
Alhasil, FPNI mencatatkan penurunan yang cukup dalam pada sisi pendapatan bersih, yakni sekitar 24% yoy dari semula sekitar US$ 433,9 juta di tahun 2018 menjadi sekitar US$ 331,9 juta di tahun 2019. Tidak hanya itu, FPNI juga membukukan rugi bersih sebesar US$ 3,3 juta di tahun 2018. Padahal, sebelumnya, FPNI mampu mengempit laba bersih sebesar US$ 6,1 juta di tahun 2018.
Baca Juga: Bangun Pabrik Baru, Chandra Asri (TPIA) Dapat Tax Holiday
Robin bilang, FPNI sempat mendapati margin spread yang lumayan baik di paruh pertama akibat adanya penurunan harga minyak dunia beberapa waktu lalu. Namun, pergerakan ini tidak berlangsung lama seiring munculnya katalis-katalis negatif lain seperti misalnya pasokan yang tinggi di pasaran akibat bertambahnya pabrik-pabrik PE di regional AsiaTenggara, dan sebagainya.
Walhasil, pergerakan margin spread yang didapat menjadi hanya sedikit lebih baik bila dibandingkan periode sama tahun lalu. “Pergerakan harga jual produk dan bahan baku masih sulit diprediksi karena dipengaruhi oleh banyak sentimen eksternal,” jelas Robin.
Oleh karenanya, sembari mengawal kinerja penjualan, FPNI bakal meningkatkan efisiensi pada sisi produksi dan administrasi guna mengantisipasi risiko fluktuasi harga jual produk dan bahan baku.
Hingga tutup tahun nanti, FPNI berencana menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 3 juta. Alokasinya ialah untuk membiayai peremajaan sebagian mesin serta membeli mesin pompa bahan baku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News