Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dikenal sebagai perusahaan pengembang. Namun, pendapatan badan usaha milik daerah (BUMD) DKI Jakarta ini tidak ditopang oleh bisnis properti melainkan dari bisnis teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Oleh karena itu, Jakpro saat ini mulai mempersiapkan diri untuk semakin memperbesar bisnis propertinya. Selain mendapatkan penugasan dari pemerintah provinsi DKI untuk membangun dua proyek hunian untuk mendukung program rumah tanpa uang muka alias DP Rp 0, perusahaan ini juga berencana mengembangkan beberapa proyek properti lain di Jakarta.
Direktur Utama Jakpro, Dwi Wahyu Daryoto mengatakan, pihaknya akan bersinergi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya dan BUMD lainnya untuk mengembangkan superblok di atas lahan seluas 100 hektare (ha) di Pulomas, Jakarta Timur.
Jakpro saat ini melalui anak usahanya PT Pulomas Jas memiliki lahan seluas 300 ha dimana 100 ha diantaranya merupakan zona komersial. Sebagian lahan tersebut saat ini sudah dikembangkan menjadi arena pacuan kuda Jakarta Equistrian Park Pulomas untuk menunjang perhelatan Asian Games.
"Zoan komersial 100 ha itu akan kami kembangkan menjadi superblok. Kami akan bersinergi dengan BUMN dan BUMD untuk mengembangkan lahan itu. Kami akan tawarkan ke investor sehingga pengembangannya tidak akan membebani APBD. Kami akan cari pendanaan sendiri dan itu akan jadi recurring income kami nantinya," jelas Dwi di Jakarta akhir pekan lalu.
Tahap pertama, Jakpro akan mengembangkan lahan seluas 2,5 ha yang akan terintegrasi ke stasiun LRT Jakarta. Hendra Lesmana, Direktur Jakpro mengatakan, lahan itu akan dikembangkan menjadi proyek Pulomas Park View yang akan merangkum apartemen dan sarana komersial. Proyek dengan konsep transit oriented development (TOD) tersebut akan dibangun dengan menggandeng BUMN.
Selain Pulomas, Jakpro juga akan mengembangkan proyek apartemen di apartemen di Senopati tahun depan. Hanya saja, Dwi belum menjelaskan lebih rinci terkait rencana proyek itu.
Dwi menambahkan, dalam mengembangkan bisnis properti saat ini Jakpro akan fokus untuk mengoptimalkan aset perusahaan yang sudah ada. Namun, perusahaan tidak akan berhenti di situ saja. Mereka juga akan terus melakukan penambahan lahan."Kalau di Jakarta sudah tidak ada lahan, kami bisa cari lahan keluar Jakaarta. Tidak jadi masalah BUMD Jakarta ekspansi ke daerah lain. Kemungkinan itu sedang kami diskusikan saat ini," kata Dwi.
Sementara terkait rumah DP Rp 0, Jakpro mendapat penugasan dari pemprov DKI Jakarta membangun sekitar 6.900 unit hunian di dua lokasi tahun depan yaitu di Depo LRT Jakarta dan di Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara.
Di Depo LRT Jakarta, Jakpro berencana membangun tiga tower hunian. Ada dua skenario yang disiapka untuk pembangunan proyek itu. Pertama, seluruh unit yang dibangun akan diperuntukkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Kedua, sebagain unit akan dialokasikan sebagai hunian komersial.
Jika menggunakan skenario pertama maka jumlah unit hunian yang akan dibangun akan mencapai 5.700 unit. Sementara jika memakai skenario kedua, Jakpro akan membangun 4.500 unit. Di Yos Sudarso, akan membangun dua tower hunian di lahan seluas 3,6 hektare (ha) dengan kapasitas 1.222 unit yang seluruhnya akan diperuntukkan untuk MBR.
Hendra belum bisa menyebutkan nilai investasi yang akan digelontorkan untuk pengembangan dua proyek itu. Namun, yang pasti Jakpro akan mengajukan Penyertaaan Modal Daerah (PMD) untuk membiayai investasi awal proyek itu sekitar Rp 230 miliar. PMD itu hanya sekitar 30% dari total investasi yang dibutuhkan Jakpro untuk pengembangan tahap pertama. Nantinya, kekuarang investasinya akan dibiayai dari hasil penjualan unit hunian.
Sepanjang semester I 2018, Jakpro mencatatkan laba bersih Rp 24,4 miliar atau meningkat 46% dari periode yang sama tahun 2017 yakni Rp 16,7 miliar.
Pertumbuhan laba bersih itu sejalan dengan peningkatan pendapatan usahanya yang tumbuh 127% menjadi Rp 333,8 miliar dari Rp 262,7 miliar di semester I tahun lalu.
Kontribusi terbesar pendapatan Jakpro semester I adalah dari sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang menyumbang Rp 211,6 miliar atau 63%. Sementara sektor utilitas menyumbang pendapatan 55,7 miliar atau 17%, properti berkontribusi Rp 54 miliar atau 15%, dan selebihnya dari jasa lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News