Reporter: Amalia Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) menargetkan pertumbuhan pendapatan bisa mencapai lebih dari 10% sampai tutup tahun 2019.
Lim Merry Direktur Keuangan JSPT menjelaskan performa tersebut bisa disokong dari pendapatan reccuring income hotel yang dikelolanya.
Baca Juga: Kembangkan hotel dan wisata, Jakarta Setiabudi (JSPT) siapkan Rp1 triliun untuk 2020
Berdasarkan pemaparan publik yang digelar JSPT di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, saat ini emiten properti tersebut mengoperasikan total 2.539 kamar hotel yang tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Bali, dan Semarang.
"Reccuring income dari sektor hotel kami cukup stabil. Sektor ini pula yang menjadi kontributor dominan pendapatan perusahaan sebesar 76%. Sisanya, pendapatan diterima dari office, ritel dan terakhir residensial. Namun detailnya lupa," jelas Merry di Jakarta, Kamis (28/11).
Menilik laporan keuangan perseroan periode kuartal III 2019, pendapatan dan laba bersih JSPT terkikis masing-masing sebesar 15% dan 70% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Kinerja Puradelta (DMAS) Meningkat, Simak Rekomendasi Sahamnya
Pendapatan perusahaan berada di angka Rp 940,6 miliar dari Rp 1,10 triliun. Sedangkan laba bersih menyusut menjadi Rp 65,0 miliar dari Rp218,8 miliar pada kuartal III 2018.
Menanggapi hal tersebut, Merry menjelaskan jika penurunan perolehan kinerja disebabkan oleh block sales atau penjualan dalam jumlah besar.
"Penjualan besar ini terjadi di sektor residensial sebesar Rp 278 miliar. Jika block sales dihilangkan, maka pendapatan yang seharusnya didapatkan adalah Rp940,6 miliar dari Rp 831,6 miliar pada kuartal III 2018. Ada peningkatan 13%. Namun memang, laba bersih masih menurun 18% di angka Rp 65,0 miliar dari Rp 78,8 miliar. Ini disebabkan oleh selesainya renovasi dan rebranding Hyatt Regency Bali sejak Desember 2018, depresiasi terjadi cukup dalam," jelas Merry.