Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) menanggapi pernyataan pemerintah melalui Kementerian ESDM bahwa proyek teknologi penangkapan, utilisasi, dan penyimpanan karbon atau carbon capture, utilization, and storage (CCS/CCUS) tidak masuk dalam skema pendanaan transisi energi Just Energy Transition Partnership (JETP).
Sebelumnya, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyebut, sejak awal proyek CCS/CCUS tidak masuk ke dalam skema pendanaan JETP. Namun, proyek ini masuk ke dalam skema Asia Zero Emission Community (AZEC).
AZEC diinisiasi oleh Indonesia dan Jepang pada sela acara KTT G20 Bali 2022 lalu. Lewat inisiatif AZEC, Indonesia mendapat prioritas pertama pendanaan sebesar US$ 500 juta untuk mengimplementasikan program transisi energi dan memperluas kerja sama serta inisiatif dekarbonisasi publik-swasta.
Baca Juga: Pertamina Resmikan Pengapalan Perdana dan Suplai Produk Orthoxylene
Wujud program AZEC adalah berupa kerja sama secara multilateral maupun bilateral antar negara mitra yang juga dapat dilakukan tanpa partisipasi Jepang. Beberapa proyek dekarbonisasi yang akan didukung melalui mekanisme AZEC secara bilateral antara Jepang dengan negara mitra dibagi dalam area kerja sama energi terbarukan, ammonia, hidrogen, CCUS, dan sistem kelistrikan.
Sementara itu, VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menganggap, program JETP masih berfokus pada proyek transisi energi dan pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Pertamina pun tak khawatir apabila proyek CCS/CCUS tidak mendapat pendanaan dari JETP. Pertamina masih bisa mencari berbagai sumber pendanaan lain untuk proyek tersebut, termasuk proyek-proyek terkait energi terbarukan lainnya yang digarap perusahaan pelat merah ini.
“Kami tentu mengikuti kebijakan Kementerian ESDM. Untuk pendanaan, kami bisa pakai dari beberapa sumber lain,” ujar dia, Selasa (27/6).
Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) gandeng Chevron Kembangkan WKP Way Ratai
Asal tahu saja, dengan adanya program JETP, Indonesia dan sejumlah mitra akan memobilisasi dana US$ 20 miliar atau setara Rp 300 triliun dalam waktu 3-5 tahun mendatang guna mendukung transisi energi.
Sebagai gambaran, Kementerian ESDM menyebut bahwa dari US$ 20 miliar tersebut, sebanyak US$ 160 juta di antaranya merupakan dana hibah, lalu sekitar US$ 160 juta merupakan dana bantuan teknis, dan US$ 10 miliar merupakan pinjaman komersial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News