Reporter: Lili Sunardi | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Pasar ekspor bagi produk jamu masih relatif kecil. Tetapi PT Sido Muncul bertekad memperbesar porsi ekspor dari produk jamu perusahaan ini. Contoh produk Tolak Angin, dari total produksi sebanyak 400 ton per tahun, cuma 5% saja yang dilempar ke pasar ekspor.
Mulai tahun ini, perusahaan yang berbasis di Semarang ini bakal merambah pasar ekspor baru dengan sasaran negara-negara yang relatif lebih maju ketimbang Indonesia. Seperti Singapura, Australia, negara kaya di Timur Tengah dan beberapa negara di Eropa. "Kami ingin mengekspor produk kami di negara yang lebih maju dari Indonesia," kata Irwan Hidayat, Direktur Utama PT Sido Muncul kepada KONTAN, kemarin.
Ketertarikan Irwan menjangkau pasar ekspor bukan tanpa sebab. Kala melakukan kunjungan ke luar negeri, baik itu pribadi atau bisnis, ia kerap kali diminta untuk memasarkan produk Sido Muncul di negara yang ia kunjungi. Kebetulan negara ini adalah negara yang sudah maju.
Untuk tahap awal, Irwan tak terlalu muluk dengan target ekspor dari produk Sido Muncul. Harapannya, produk keluaran Sido Muncul bisa diterima dengan baik di negara tersebut. "Ingat produk kami adalah jamu. Kalau diterima dengan baik, ini jadi pertanda yang bagus," katanya.
Produk yang diekspor adalah Tolak Angin, minuman energi dan beberapa produk kopi jamu. Jika produk ini mendapat respon yang cukup baik, tidak tertutup kemungkinan Sido Muncul segera melempar produk jamu Sido Muncul lainnya. Sayang, Irwan enggan membeberkan target pertumbuhan ekspor Sido Muncul ini.
Sido Muncul tampaknya makin agresih menggarap garap. Maklum, perusahaan ini memasang target pertumbuhan produksi yang relatif tinggi tahun ini. Yakni sekitar 30% dari tahun lalu yang sebesar 1.200 ton atau menjadi sekitar 1.560 ton.
Jumlah ini diharapkan mampu menghasilkan sekitar 350 juta saset jamu. Dari jumlah tersebut, Sido Muncul masih tetap mengandalkan pasar dalam negeri.
Semangat yang muncul dari Sido Muncul ini mendapat dukungan dari Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GP Jamu). Pasalnya, GP Jamu pasang target pasar ekspor jamu bisa tumbuh 20% menjadi Rp 1,2 triliun.
Tahun lalu, pasar ekspor jamu sekitar Rp 1 triliun atau sekitar 10% dari total pendapatan industri jamu yang sekitar Rp 10 triliun. Nah, harapannya, tahun ini pendapatan industri jamu secara total bisa menyentuh Rp 11 triliun - Rp 12 triliun. "Kami yakin target ini bisa tercapai," kata Charles Saerang, Ketua Umum GP Jamu.
Kalau Sido Muncul masih mengandalkan pasar Eropa, pengusaha jamu yang lain, seperti PT Nyonya Meneer justru bakal melirik pasar yang masih tumbuh, seperti China, Thailand, Kamboja, Rusia hingga Afrika Selatan.
Misalnya untuk pasar Afrika Selatan, Nyonya Meneer langsung menawarkan produk Slimming Tea. “Untuk pasar Afrika Selatan kami menawarkan produk slimming tea soalnya warga Afrika gemar karbohidrat dan berpotensi terserang kolesterol,” lanjut Charles.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News