kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   -5.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.860   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.723   44,05   0,66%
  • KOMPAS100 968   3,45   0,36%
  • LQ45 754   3,69   0,49%
  • ISSI 213   0,95   0,45%
  • IDX30 391   1,55   0,40%
  • IDXHIDIV20 471   3,02   0,64%
  • IDX80 110   0,24   0,22%
  • IDXV30 115   -0,16   -0,14%
  • IDXQ30 128   0,78   0,61%

Jelang Ramadan, Industri Kemasan Nasional Justru Diliputi Ketidakpastian


Selasa, 25 Februari 2025 / 18:21 WIB
Jelang Ramadan, Industri Kemasan Nasional Justru Diliputi Ketidakpastian
ILUSTRASI. Industri kemasan nasional berada dalam tekanan menjelang momentum Ramadan dan Lebaran


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kemasan nasional berada dalam tekanan menjelang momentum Ramadan dan Lebaran yang di atas kertas mestinya bisa dimaksimalkan oleh produsen di sektor tersebut. 

Business Development Director Indonesia Packaging Federation (IPF) Ariana Susanti mengatakan, sejak kuartal IV-2024 lalu pasar kemasan cenderung lesu dan belum membaik hingga sekarang. Hal ini dipicu oleh maraknya PHK karyawan di berbagai sektor industri yang berujung pada melemahnya daya beli, termasuk penurunan permintaan kemasan.

"Sepertinya tidak akan ada lonjakan permintaan kemasan yang berarti menjelang Ramadan dan Lebaran tahun ini," kata dia, Selasa (25/2).

Para produsen kemasan nasional masih dalam fase konsolidasi internal dan eksternal. Saat ini juga belum banyak perusahaan yang berinovasi membuat kemasan dengan desain khusus untuk menyambut momen Ramadan atau Lebaran.

Baca Juga: Prospek Pertumbuhan Industri Kemasan Indonesia di Tengah Tantangan Bahan Baku

IPF juga menyadari produk kemasan impor berharga murah masih membanjiri pasar domestik. Hal ini jelas mengganggu pertumbuhan industri kemasan dalam negeri. Tantangan ini mau tidak mau harus tetap dilalui, salah satunya dengan melakukan efisiensi dan berinovasi membuat kemasan berbobot ringan.

Secara umum, IPF memperkirakan kinerja penjualan industri kemasan nasional tetap bisa tumbuh positif sekitar 3%--4% pada 2025, bergantung dari kondisi industri penggunanya. Selain ancaman produk jadi impor, para pelaku usaha kemasan lokal juga dihadapkan oleh tantangan ketidakstabilan pergerakan kurs rupiah. Maklum saja, sekitar 50% bahan baku kemasan masih harus diimpor. 

Di samping itu, keberadaan program makan bergizi gratis (MBG) dinilai tidak begitu berdampak bagi industri kemasan. Ini mengingat, produk MBG lebih banyak menggunakan wadah yang dapat dicuci atau dipakai berkali-kali, baik  itu wadah dari logam ataupun plastik rigid. 

"Mungkin permintaan yang lebih besar datang untuk kemasan aseptik seperti pada produk susu. Sebab, susu mudah basi, sehingga harus dikemas aseptik agar tahan lama sampai dikonsumsi," tutup Ariana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×