kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.500   8,47   0,11%
  • KOMPAS100 1.161   1,37   0,12%
  • LQ45 919   -1,23   -0,13%
  • ISSI 227   1,12   0,50%
  • IDX30 473   -1,49   -0,31%
  • IDXHIDIV20 571   -1,71   -0,30%
  • IDX80 133   0,12   0,09%
  • IDXV30 141   0,37   0,26%
  • IDXQ30 158   -0,30   -0,19%

Jembo Cable Company (JECC) proyeksi nilai pendapatan akan turun


Selasa, 09 Oktober 2018 / 19:14 WIB
Jembo Cable Company (JECC) proyeksi nilai pendapatan akan turun
ILUSTRASI. Pabrik Pembuatan Fiber Optic


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akibat nilai Rupiah yang terdepresiasi PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) proyeksi nilai pendapatan akan turun. Walaupun secara volume produksi terjadi peningkatan permintaan.

Awalnya tahun ini produsen kabel ini menargetkan pendapatan akan naik menjadi Rp 2,5 triliun. Atau naik 19,04% dari periode tahun 2017 menjadi Rp 2,18 triliun. Manajemen emiten berkode saham JECC di Bursa Efek Indonesia ini memprediksi secara nilai pendapatan akan turun mencapai 5% dibanding tahun lalu. Walaupun secara volume produksi tahun ini meningkat.

Sebagai informasi, saat ini perseroan memproduksi tiga jenis kabel di pabriknya yang berada di Tangerang, Banten. Saat ini kapasitas produksi kabel tembaga 10.000 ton per tahun. Untuk pabrik kabel aluminium mampu memproduksi 15.000 ton per tahun. Sedangkan untuk kabel fiber optic mencapai 2 juta kilometer single fiber per tahun.

Antonius Benady, PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) menjelaskan bahan baku seperti tembaga dan juga aluminium menggunakan pembeliannya meski dalam negeri masih menggunakan acuan harga Dollar Amerika Serikat (AS). Hingga Juni tahun ini, kenaikan bahan baku mencapai 13,7% year on year (YoY) bagi bahan baku tembaga serta sebesar 19,9% bagi produk aluminium.

Sedangkan tahun ini Jembo menerima kontrak pembelian kabel dengan perusahaan seperti PLN dan Telkom menggunakan acuan dolar senilai Rp 13.000. Per september 2018, penjualan ke PLN mampu menyumbang 40% dari total penjualan dan juga telkom menyumbang 10%. Sedangkan 30% penjualan ke distributor dan ke pasar bebas (free market) 20%.

"Sehingga harga jual terakhir tidak bisa kami naikkan untuk produk yang sudah kontrak di awal tahun dan akibatnya ada penurunan gross margin," kata Antonius pada acara Paparan Publik Perseroan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (9/10).


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×