kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.280   0,00   0,00%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Jepang dan Inggris mundur dari Tanjung Jati A


Senin, 23 Agustus 2010 / 12:32 WIB


Reporter: Gentur Putro Jati |



JAKARTA. Tomen Power Corporation asal Jepang dan International Power dari Inggris berniat mundur dari konsorsium Tanjung Jati Power Company yang akan menggarap PLTU Tanjung Jati A berkapasitas 2x600 MW.

Seperti diketahui proyek PLTU Tanjung Jati A digarap oleh konsorsium yang terdiri dari PT Bakrie Power bersama PT Maharani Paramitra, Tomen Power Corporation, dan International Power. Bakrie Power dan Maharani masing-masing memiliki 20% saham; sementara Tomen dan International masing-masing menguasai 30% saham.

"Tomen dan International Power sedang bersiap untuk mundur meskipun sampai saat ini belum ada surat resminya. Artinya sekarang tinggal Bakrie dan Maharani di proyek tersebut," kata Presiden Direktur PT Bakrie Power Ali Herman Ibrahim, Senin (23/8).

Maharani Paramitra dimiliki oleh Siti Hediati, putri mantan presiden Soeharto.

Ali memang enggan menyebut secara detil alasan pengunduran diri dua perusahaan tersebut. Namun, aksi tarik diri itu kemungkinan besar karena semakin tidak jelas dan berlarutnya kelanjutan proyek Tanjung Jati A.

"Sampai saat ini kami masih menunggu konfirmasi dari PT PLN (Persero) atas power purchase agreement (PPA) listrik produksi pembangkit itu nantinya," imbuhnya.

Menurut Ali, sebelumnya memang ada keputusan bahwa harga jual listrik (PPA) PLTU Tanjung Jati akan diamandemen. Karena kesepakatan harga sesuai PPA yang lama dinilai terlalu tinggi yaitu US$ 5,8 sen per kWh.

"Kami sudah mengajukan usulan harga, karena harga US$ 5,8 sen per kWh itu dengan asumsi harga batubara US$ 30 per metrik ton. Tapi belum ada jawaban dari PLN atas proposal itu," keluhnya.

Meskipun kelanjutan proyeknya terombang-ambing dan terancam ditinggal dua mitra nya, namun Ali masih optimis bahwa PLTU Tanjung Jati bisa mulai beroperasi pada 2015 atau 2016.

"Ada bank dari Korea yang berminat. Letter of Intent (LOI) tinggal dibuat jika PPA nya sudah selesai. Kami membutuhkan dana US$ 1,8 miliar untuk proyek tersebut," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×