Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Hendra Gunawan
TUBAN. Kilang Trans Pacific Petroleum Indotama (TPPI) dibangun pada tahun 1995 tapi beberapa kali mengalami masalah sehingga tidak dapat beroperasi secara baik untuk menopang kebutuhan energi dalam negeri.
Presiden Joko Widodo yang langsung meninjau kawasan TPPI mengatakan, pada tahun 2006 TPPI memulai operasi dengan bahan baku kondensat yang berasal dari Pertamina.
"Kemudian ada masalah lagi karena tidak bisa membayar sehingga menjadi masalah hukum yang sudah berlangsung empat tahun dan berhenti beroperasi," ujarnya di lokasi kilang TPPI, Tuban, Jawa Timur, Rabu (11/11).
Saat mengetahui TPPI didera masalah hukum, ia meminta agar masalah hukum diselesaikan di wilayah hukum. Sedangkan di wilayah ekonomi dan bisnis harus tetap berjalan.
“Target kemarin, Oktober harus dimulai. Saya cek di sini, meski baru 70% tapi sudah dimulai. Dan Insya Allah pada akhir tahun mencapai 100%," tuturnya.
Dengan beroperasinya TPPI, lanjut Presiden, impor untuk premium dapat berkurang hingga 19%. Jika proses di TPPI Tuban digabungkan dengan proses RFCC Cilacap, maka akan menurunkan impor premium hingga 29%.
Bahkan pada bulan Desember 2015 penghematan impor akan mencapai 36%. Sedangkan solarnya mencapai sekarang 40%, nantinya tidak akan ada impor pada akhir tahun.
Proses-proses produksi premium, solar LPG dan HOMC 92 atau dikenal sebagai Pertamax yang akan dikerjakan di kompleks TPPI Tuban. Kedepannya kompleks ini akan menjadi Komplek Industri Petrokimia di Indonesia.
"Sebuah keputusan politik yang tadi diputuskan di dalam rapat, dan kita harapkan nantinya turunan-turunan dari proses produksi di sini semuanya akan dihasilkan di kompleks industri petrokimia itu," terangnya.
Bahan-bahan turunan itu seperti petrochemical, seperti paraxylene, Orthoxylene, Benzene, dan Toluene yang dibutuhkan oleh industri nasional. "Ini adalah masa depan industri dasar petrokimia di Indonesia, jangan berhenti," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News