kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jokowi: Yang Namanya Pembangunan Infrastruktur, Multiplier Effect-nya Kemana-mana


Jumat, 15 April 2022 / 03:10 WIB
Jokowi: Yang Namanya Pembangunan Infrastruktur, Multiplier Effect-nya Kemana-mana


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -   JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pentingnya infrastruktur yang memiliki dampak ke semua pihak atau multiplier effect. Infrastruktur sendiri akan mendukung daya saing dari produk-produk yang diproduksi oleh Indonesia. Atas dasar itu, pemerintah membentuk Indonesia investment authority (INA).

Jokowi mengakui pembangunan infrastruktur kerap kali terkendala oleh pembiayaan. Tidak adanya alternatif pembiayaan yang dimunculkan membuat pembangunan infrastruktur kerap berjalan kurang baik.

"Oleh sebab itu karena pentingnya yang namanya infrastruktur yang multiplier effect-nya akan ke mana-mana. Kita munculkan yang namanya INA Sovereign wealth fund kita Indonesia investment authority (INA) yang dikomandanni oleh Pak Ridha," jelas Jokowi dalam Kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (14/4).

INA adalah sebuah alternatif skema pembiayaan yang disebutnya belum pernah terpikirkan oleh Indonesia sebelumnya. Pasalnya, dahulu pembangunan infrastruktur di Indonesia hanya mengandalkan APBN, BUMN atau hanya swasta.

"Dan hari ini saya sangat senang telurnya pecah dan sudah ditandatangani tadi nilainya kurang lebih Rp 39 triliun lebih," imbuhnya.

Baca Juga: Bakal Jatuh Tempo, Obligasi Bank Mandiri Raih Peringkat idAAA dari Pefindo

Langkah ini dinilai akan memberikan efek kepercayaan baik domestik maupun dari internasional terhadap cara-cara pengelolaan keuangan pemerintah. Jokowi mengatakan, manajemen tata kelola yang baik di INA akan mampu menumbuhkan kepercayaan dari internasional maupun domestik, sehingga akan banyak investasi masuk melalui INA.

"Dan INA bisa nanti bekerjasama dengan BUMN maupun swasta yang kita harapkan akan memberikan efek ekonomi terhadap negara kita," paparnya.

Jokowi menambahkan, untuk pembangunan sebuah proyek jalan tol memerlukan biaya yang tinggi. Misalnya saja jalan tol trans Sumatra, jika dihitung per kilometer dibutuhkan biaya pembangunan Rp 90 miliar hingga Rp 110 miliar.

Dengan biaya yang besar tersebut maka, alternatif pembiayaan diperlukan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur yang akan memiliki multiplier effect.

"D saya senang itung-itungan terakhir yang Bakaheuni sampai Terbanggi Besar, Terbanggi Besar sampai ke Kayu Agung, IRR-nya, internal rate of return sudah mencapai mungkin 9-10. Betul Pak Ridha? 9-10, dan yang di Jawa, kalau di Jawa biasanya sudah 12-13 sudah pasti dapat," ungkapnya.

Baca Juga: Pemerintah Tengah Godok RPP Tentang Pendanaan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara

Ia menceritakan, selama 40 tahun lebih Indonesia baru membangun jalan tol sepanjang 780 kilometer. Kemudian pada tahun 2014 kita pemerintah mendorong agar semua jalan tol yang ada dapat tersambungkan, baik trans Jawa maupun trans Sumatra serta beberapa jalan tol di Kalimantan dan Sulawesi. Jokowi menyebut selama tujuh tahun ini sepanjang 1.900 kilometer jalan tol terbangun.

Diharapkan dengan penandatanganan ini akan menjadi pemantik kepercayaan investor baik domestik ataupun internasional menanamkan investasinya lewat INA.




TERBARU

[X]
×