kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 -0,95%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jonan: Fokus cadangan dan efisiensi KKKS di 2017


Selasa, 20 Desember 2016 / 10:31 WIB
Jonan: Fokus cadangan dan efisiensi KKKS di 2017


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) fokus menambah cadangan migas yang terus menurun. Tahun depan, Menteri ESDM Ignasius Jonan akan berupaya meningkatkan cadangan migas. 

Merujuk BP Statistical Review of World Energy, cadangan minyak Indonesia akhir tahun 2015 tinggal 3,6 miliar barel. Padahal tahun 1995 mencapai 5 miliar barel. Selain berkonsentrasi menggenjot cadangan migas, Jonan  juga menargetkan efisiensi  produksi migas.

Ia juga siap mengubah aturan demi mencapai target tersebut. "Targetnya dua, eksplorasi agar cadangan baru naik dan kedua itu efisiensi. Kalau ada yang tidak efisien, peraturannya diperbaiki entah Permen (peraturan Menteri atau PP (Peraturan Pemerintah)," katanya, Senin (19/12).

Salah satu cara yang tengah dipersiapkan Kementerian ESDM untuk mencapai target tersebut adalah aturan gross split. Jonan menyatakan, gross split yang merupakan arahan Presiden Joko Widodo  ini akan membuat produksi migas Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) menjadi lebih efisien.

Dengan efisiensi, Jonan tidak khawatir tingkat komponen dalam negeri (TKDN) menjadi minim. Sebab,  efisiensi justru membuat KKKS mencari harga barang yang lebih murah di dalam negeri. "Kalau berusaha efisien, pasti kesempatan pasar dalam negeri lebih besar karena lebih murah," imbuh Jonan.

Di sisi lain, pemerintah juga akan menyiapkan insentif yang masuk bagi hasil KKKS yang menggunakan TKDN. Jonan mencontohkan jika menggunakan TKDN sebesar 30%, diberi insentif 4%.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menambahkan, selain insentif TKDN pemerintah akan memberikan tambahan split dari risiko-risiko produksi migas, seperti proyek migas di laut dalam bisa menambah split 4%. Bisa juga split ditambah, jika lapangan migas adalah non konvensional, ini ada tambahan 5%.

Selain itu ada juga risiko resorvoir yang mengandung H2C atau H2O, juga mendapatkan tambahan split dari 1%-5%, tergantung banyaknya kandungan H2S dan CO2. Harga minyak turut jadi pertimbangan. Ketika harga minyak rendah misalnya US$ 30 per barel, ada tambahan split sebesar 5%. Jika harga minyak naik, split dikurangi. Jika harga minyak US$ 120 per barel, split berkurang 2%.

Kemudian production taste, misalnya yang secondary dapat split 2% "Jadi kita tambahkan semua. Nanti akan muncul angka," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×