kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.314   11,00   0,07%
  • IDX 7.191   50,78   0,71%
  • KOMPAS100 1.030   4,26   0,42%
  • LQ45 783   3,61   0,46%
  • ISSI 236   2,19   0,93%
  • IDX30 404   1,74   0,43%
  • IDXHIDIV20 466   3,14   0,68%
  • IDX80 116   0,64   0,56%
  • IDXV30 119   1,51   1,29%
  • IDXQ30 129   0,51   0,40%

Kadin: Perlu insentif untuk investasi hijau


Kamis, 17 September 2015 / 10:39 WIB
Kadin: Perlu insentif untuk investasi hijau


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Kalangan pengusaha meminta pemerintah terus mengembangkan program-program pembangunan ramah lingkungan di industri perkebunan dan kehutanan. Pasalnya, pembangunan industri ramah linkungan ini menjadi kunci pertumbuhan investasi dan ekonomi Indonesia di tengah krisis global dan pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Ketua Komite Tetap I Bidang Koordinator Asosiasi Kamar Dagang dan Industri Tony Wenas mengatakan, kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta dalam program-program pembangunan ramah lingkungan  harus menjadi prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus berpotensi menarik kembali investasi asing ke Indonesia.

Menurutnya,  pelemahan kurs rupiah yang melewati angka Rp 14.000 per dolar AS menjadi sinyal bahwa banyak investor asing yang siap keluar dari Indonesia. Karena itu, saat ini menjadi momentum yang tepat untuk mendorong investasi dalam negeri. Ia bilang, Indonesia mempunyai banyak peluang untuk pembangunan ramah lingkungan.

Tony memperkirakan, potensi investasi hijau untuk investasi dalam negeri dan investasi asing akan tumbuh rata-rata 20% per tahun hingga tahun 2019. Karena itu, insentif untuk investasi hijau merupakan prasyarat mutlak guna menjamin tercapainya pertumbuhan investasi yang diharapkan.

Lebih jauh Tony Wenas mengungkapkan, persoalan krisis yang terjadi saat ini sebenarnya menjadi momentum yang tepat untuk mendorong investasi dalam negeri. "Hanya saja, pemerintah perlu memberikan insentif bagi industri yang melakukan investasi ramah lingkungan," imbuh Tony, Rabu (16/9).

Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) ini mengungkapkan, momentum krisis saat ini dimanfaatkan pihaknya untuk tetap berinvestasi. Ia menjelaskan, APRIL Group sebagai induk usaha RAPP baru saja merealiasikan investasi sebesar Rp 4 triliun untuk membangun pabrik kertas baru pada semester pertama tahun ini. 

Saat ini, kapasitas terpasang industri pulp dan kertas nasional masing–masing sebesar 7,93 juta ton dan 12,98 juta ton per tahun. Ada pun realisasi produksi 6,4 juta ton per tahun untuk pulp dan 10,4 to per tahun kertas.

Pencapaian tersebut membuat Indonesia menjadi produsen pulp dan kertas terkemuka di dunia dengan menempati peringkat 9 dan industri kertas peringkat 6, sementara di Asia menempati peringkat ketiga  untuk industri pulp maupun kertas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×