Reporter: Petrus Dabu | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan nasional akan pasokan bahan baku berbasis industri petrokimia terus meningkat dari tahun ke tahun. Di sisi lain, impor bahan baku berbasis migas, plastik dan olahan kimia lainnya juga mencatatkan angka yang sangat besar.
Johnny Darmawan, Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kadin Indonesia mengatakan, tidak adanya perkembangan signifikan pada investasi di sektor petrokimia dalam dua dekade terakhir berdampak pada minimnya suplai kebutuhan akan produk petrokimia dari pabrikan dalam negeri.
Saat ini kebutuhan bahan baku petrokimia dalam negeri mencapai 5,6 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut pemenuhan permintaan baru mencapai sekitar 2,45 juta ton per tahun. Alhasil, hampir 50% bahan baku industri untuk memenuhi permintaan sektor petrokimia masih impor.
"Pasar produk petrokimia, dari hulu, antara, hingga hilir sangat besar. Namun, pasar domestik dikuasai produk impor. Dengan struktur seperti itu, praktis industri petrokimia nasional sulit bersaing," lanjut Johnny.dalam Focus Group Discussion (FGD) Membangun Industri Nasional Berkelanjutan Kajian Sektor Hulu Migas dan Petrokimia yang digelar Kadin Indonesia, Kamis (25/1).
Menurut dia, kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah maupun pelaku usaha. Bila industri hulu migas dan petrokimia tidak segera dibenahi maka industri nasional tidak belum bisa mengarah ke status sustainable industry. Pasalnya, industri strategis memiliki posisi strategis sebagai penyuplai bahan baku bagi sektor industri lainnya.
Oleh sebab itu, Kadin Indonesia menilai sektor hulu industri perlu mendapatkan perhatian serius dalam penataan struktur industri nasional. Selain memasok berbagai jenis bahan baku untuk industri lainnya, industri petrokimia hilir juga menjadi menyuplai berbagai kebutuhan harian masyarakat.
Industri petrokimia sebenarnya dapat memberikan kontribusi yang besar kepada negara untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku, menambah devisa dari produk-produk yang dapat diekspor, serta membuka lapangan kerja yang luas.
"Lebih dari itu, industri petrokimia juga punya posisi strategis dalam pembangunan industri secara keseluruhan dalam rantai produksi lintas sektor industri," ujar Rauf Purnama, Ketua Komite Tetap Industri Kimia & Petrokimia Kadin Indonesia.
Oleh sebab itu, dia menilai upaya membangun industri yang berkelanjutan sulit diwujudkan bila sektor petrokimia dan industri hulu migas lainnya tidak mendapatkan perhatian serius.
Dalam pandangan Kadin, terdapat sejumlah kendala yang perlu dibenahi untuk mencapai tujuan tersebut. Besarnya permintaan akan produk petrokimia dari sektor industri turunan di satu sisi belum dapat dipenuhi secara maksimal. Perbedaan harga bahan baku impor dan hasil industri petrokimia domestik juga menjadi persoalan tersendiri.
Tidak hanya bagi industri turunan, industri petrokimia pun mengalami kendala terkait pasokan bahan baku murah hingga suplai energi. Hal ini bisa berimbas pada harga jual produk yang dihasilkan yang juga sulit bersaing dengan harga bahan baku impor.
Kadin merekomendasikan beberapa poin rekomendasi yang perlu dipertimbangkan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya untuk mendukung perkembangan industri petrokimia nasional.
Pertama, terkait ketersediaan bahan baku dan pasokan energi bagi industri berbasis migas & petrokimia. Ketersediaan bahan baku dan energi dengan harga yang kompetitif diyakini akan meningkatkan kembali kontribusi sektoral industri petrokimia.
Kedua, guna mendukung struktur industri yang saling menopang maka kebijakan yang berpihak pada peningkatan produksi hingga penjualan produk domestik perlu mendapat perhatian. Konsistensi kebijakan yang mendukung penguatan produk petrokimia nasional pun perlu mendapatkan perhatian.
Ketiga, adanya keberpihakan dari pemerintah dalam mendukung pengembangan TKDN dan pemanfaatan/memakai dalam negeri dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri petrokimia turunannya.
Keempat, perhatian semua pihak terkait dukungan pada upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) berdasarkan kebutuhan industri petrokimia.
Bila keempat hal tersebut bisa mendapatkan perhatian serius maka Kadin meyakini industri petrokimia akan bertumbuh kuat, berkontribusi lebih besar bagi pembangunan nasional, mampu memasok kebutuhan domestik hingga ekspor, dan bisa menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Dengan demikian, apa yang menjadi sasaran dari pembangunan industri berkelanjutan bisa tercapai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News