kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri petrokimia nasional prospektif


Senin, 04 Desember 2017 / 15:44 WIB
Industri petrokimia nasional prospektif


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek bisnis industri petrokimia di Indonesia masih dipandang baik. Sebab kebutuhan produk petrokimia saat ini masih didapat dari impor.

Sekjen Indonesian Olefin & Plastic Industry Association (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan, dari 5,6 juta ton kebutuhan bahan baku petrokimia tiap tahun, hampir sebanyak 55% masih didapat dari impor. “Sedangkan untuk barang jadi petrokimia ada 800.000 ton yang juga masih impor,” ujarnya kepada Kontan.co. id, Senin (4/12).

Industri dalam negeri baru mampu memenuhi 45% dari total kebutuhan lantaran sejak tahun 1998 hingga 2017 ini masih belum ada investasi pabrikan yang signifikan. “Namun tahun ini, beberapa investor sudah mulai menunjukkan komitmennya,” terang Fajar.

Di antaranya seperti rencana kerja sama antara Pertamina dengan perusahaan migas Rusia, Rosneft. Kedua perseroan ini bakal membangun kilang minyak yang terintergrasi dengan pabrik petrokimia di Tuban, Jawa Timur.

Menurut Fajar, rencana tersebut sebenarnya sudah lama diutarakan namun mengalami beberapa kali penundaan pelaksanaan. Inaplas berharap agar produksi kilang Pertamina nantinya tidak hanya fokus pada produk Bahan Bakar Minyak (BBM) saja.

Idealnya bagi Inaplas dibutuhkan setidaknya tiga kilang minyak dengan kemampuan produksi 300.000 barrel per hari untuk dapat menyeimbangkan antara produksi petrokimia dengan BBM. 

Selama ini kilang minyak tidak banyak memproduksi nafta cracker. Fajar berharap, kilang minyak yang menghentikan produksi bensin premium bisa dialihkan untuk produksi nafta craker.

Selain Pertamina juga ada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yang tahun depan berencana menaikkan kapasitasnya menjadi dua kali lipat, yakni 2 juta ton per tahun. Ekspansi ini, menurut Fajar diprediksi selesai di tahun 2021-2022.

Juga ada PT Lotte Chemichal Titan Tbk yang melakukan ekspansi nafta cracker 1,5 juta ton dengan proyeksi proyek rampung 2021. “Itu pun kalau sudah sampai di 2022 kapasitas masih kurang karena demand yang terus bertumbuh,” pungkas Fajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×