Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Kereta Api Indonesia (KAI) bakal mendapatkan jatah bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar sebanyak 169.966,527 kiloliter. Jumlah BBM subsidi ini ditetapkan oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
Direktur utama PT KAI (persero) Ignasius Johan menjelaskan, dengan alokasi penetapan BBM bersubsidi sebesar hampir 170 ribu kiloliter ini, pihaknya bisa menghemat anggaran sebesar Rp 200 miliar.
“Dari penghematan anggaran tersebut kami gunakan untuk peningkatan pelayanan PT KAI di setiap stasiun, seperti sterilisasi stasiun supaya penumpang nyaman,” kata Johan, Kamis (7/6).
Selain itu, penghematan anggaran tersebut akan dialokasikan untuk investasi perbaikan kereta-kereta yang rusak. “Kereta ekonomi yang sudah tidak layak jalan spare partnya susah, kalaupun ada pesannya juga lama. Jadi, mulai besok untuk KRL ekonomi yang rusak akan ditarik,” ujarnya.
Johan bilang, dalam meminta kuota bbm bersubsidi, pihaknya meminta berdasarkan asas kesamaan hak. Dia mencontohkan, seperti dahulu yang memperbolehkan truk-truk angkutan barang memakai BBM bersubsidi, sedangkan PT KAI dilarang. “Sebenarnya kami sangat mendukung harga keekonomian sepanjang ada perlakuan yang sama, kalau untuk truk berapa dan bis berapa,” lanjutnya.
Menurut Andy Noorsaman Sommeng Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), KAI mendapatkan jatah BBM subsidi karena KAI merupakan moda transportasi publik. “PT KAI itu dalam setahun mengangkut sekitar 200 juta orang dan 30 juta ton barang, makanya bbm bersubsidi untuk rakyat itu untuk transportasi publik,” kata Andi.
Andy bilang, mekanisme dalam pelaksanaan distribusi BBM bersubsidi untuk PT KAI (persero) menggunakan sistem tertutup yang dilakukan PT Pertamina (persero). Ini dilakukan demi meningkatkan efektifitas pengawasan sehingga dapat dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya. “Apabila nantinya diperkirakan akan terjadi over kuota PT KAI dan PT Pertamina (persero) wajib beritahukan kepada BPH Migas paling lama satu bulan sebelum terjadi over kuota,” urainya.
Dia menambahkan, penetapan kuota bbm bersubsidi PT KAI dengan sistem tertutup merupakan proyek percontohan pertama BPH Migas. “Ke depannya kami juga berencana melakukan kerjasama untuk angkutan laut, seperti PT Pelni,” inbuh Andy.
Sebagai tambahan, untuk tahun 2011, realisasi penggunaan BBM bersubsidi PT KAI sebanyak 107.000 kl, dan BBM non subsidi 60.000 kl.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News