kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Kalau Ada Program B100, Minimal Butuh Pasokan CPO 36 Juta Ton Per Tahun


Minggu, 18 Februari 2024 / 11:00 WIB
Kalau Ada Program B100, Minimal Butuh Pasokan CPO 36 Juta Ton Per Tahun
ILUSTRASI. Pemerintah terus menggenjot program pencampuran biodiesel B35.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus menggenjot program pencampuran biodiesel B35. Progam B35 adalah mencampur biodiesel dari fatty acid methyl ester atau FAME minyak kelapa sawit sebesar 35% ke dalam komposisi bahan bakar minyak (BBM) solar.

Mulai awal tahun 2023, pemerintah menaikkan kadar biodiesel dari yang sebelumnya B30 menjadi B35. Hal tersebut tentu membuat jatah minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk ekspor menjadi berkurang karena penggunaan untuk domestik bertambah.

Direktur Utama Astra Agro Lestari Tbk (AALI) Santosa mengatakan adanya kenaikan kadar biodiesel tersebut akan menyedot pasokan kelapa sawit di dalam negeri karena program B35 membutuhkan 12 juta ton CPO setiap tahunnya.

"Adanya program B35 tiap tahunnya membutuhkan 12 juta CPO, terus untuk bahan makanan baik konsumer atau B2B (business to business) kita kira-kira 8 juta, berarti 21 juta ton. Sedangkan produksi Indonesia hanya 51 juta ton," kata Santosa dalam acara Talk To CEO 2024, Jumat (16/2).

Baca Juga: Barata Indonesia Berhasil Kembangkan Reaktor B100, Emisi Diklaim 48% Lebih Rendah

Sementara itu, ada wacana untuk mengimplementasi B100 sebagai bahan bakar kendaraan. Rencana ini muncul seiring dengan kebutuhan energi yang lebih ramah lingkungan. 

Terkait program B100 tersebut, Santosa menilai akan merugikan pengusaha kelapa sawit di Indonesia. Pasalnya,  semakin tingginya kadar biodiesel, maka semakin tinggi produksi CPO Indonesia yang diberikan untuk program tersebut. 

“Pasti setidaknya butuh 36 juta ton per tahun untuk menghasilkan B100 itu, dengan begitu nantinya porsi ekspor CPO akan terus turun,” kata dia 

Dengan menurunnya porsi CPO untuk dieskpor, maka tentunya akan berdampak juga pada berkurangnya anggaran Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPKS) untuk subsidi biodiesel yang ditopang oleh pungutan ekspor.

"Kalau enggak ada ekspor, nanti yang nombok siapa? Buat saya hitungan ini saja, secara ekonomis begitu. Kecuali kalau harga sawitnya sedang jatuh sekali," ujarnya.

Wacana program B100 mulanya diusung capres nomor urut 02, Prabowo Subianto. Prabowo optimis Indonesia bisa mencapai swasembada energi dengan B100 untuk solar, dan etanol 100% (E100) untuk bensin.

Optimisme itu muncul karena Indonesia saat ini bergantung kepada impor minyak mentah dan BBM untuk kebutuhan dalam negeri, lantaran minimnya produksi hulu migas yang mengalami penurunan alamiah (natural decline).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×