Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan penggabungan atau merger atas 13 perusahaan di bawah holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menjadi dua subholding, yakni PalmCo dan SupportingCo target terhadap produksi Crude Palm Oil (CPO) juga sudah mulai dibidik.
Untuk diketahui, PalmCo digadang-gadang akan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yaitu mencapai lebih dari 600 ribu hektare pada 2026, dan akan menjadi pemain utama industri sawit dunia.
Sedangkan SupportingCo akan menjadi perusahaan pengelola aset perkebunan unggul. Mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, diversifikasi usaha, serta green business.
Baca Juga: BUMN Resmi Bentuk PalmCo dan SupportingCo Sebagai Sub Holding PTPN
Bambang Agustian selaku Corporate Secretary PTPN III (Persero) mengatakan setelah merger produksi CPO kebun pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 2,5 juta ton.
“CPO dan diproyeksikan akan meningkat setiap tahun hingga mencapai 2,8 juta ton CPO pada tahun 2027 mendatang,” kata Bambang kepada Kontan, Selasa (05/12).
Kemudian terkait total luas lahan terutama total luas lahan yang ditanami (planted area) setelah penggabungan di tahun 2024 mendatang diperkirakan berada di angka 560 ribu Hektar (Ha).
Baca Juga: BUMN Merger 13 PTPN Jadi PalmCo dan SupportingCo, Ini Tanggapan Gapki
“Itu total luas lahan ditanami (planted area) kelapa sawit sekitar 560 ribu Hektar, yang mencakup areal Tanaman Menghasilkan dan Tanaman Replanting,” jelasnya.
Dan setelah merger, produk CPO dari PTPN akan digunakan untuk stok dalam negeri dan juga dikirim keluar negeri atau ekspor.
“Mayoritas produk CPO akan diolah menjadi produk turunan seperti Olein dan selain digunakan memenuhi kebutuhan dalam negeri akan diekspor juga ke negara tujuan seperti India, Pakistan, Bangladesh, Amerika dan Eropa,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News