Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Andri Indradie
JAKARTA. Meski tahun 2015 PT Kalimantan Surya Kencana (KSK) masih menggelar kegiatan eksplorasi, anak usaha Kalimantan Gold Corporation Ltd. ini optimistis memulai kegiatan produksi mulai 2019. Targetnya, produksi konsentrat tembaga bisa mencapai 60.000 ton.
Mansur Geiger, Contry Manager Kalimantan Gold berhadap, kegiatan eksplorasi dapat berjalan lancar. Sehingga, pihaknya dapat melanjutkan ke tahapan feasibility study (FS). "Apabila izin yang diperlukan, seperti izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) tidak terlambat, mudah-mudahan kerja lancar dan bisa produksi mulai 2019," kata dia ke KONTAN, pekan lalu.
KSK merupakan perusahaan pemegang konsesi kontrak karya (KK) generasi IV yang berlokasi Kalimantan Tengah dengan areal seluas 61.003 hektare (ha). Kegiatan eksplorasi dilakukan sejak 1997 silam. Saat ini, perusahaan tersebut memiliki cadangan sebanyak 621 juta pound tembaga yang berada di Blok Beruang Kanan Main Zone. KSK masih berupaya meningkatkan cadangan di blok lain seperti Beruang Kanan Selatan, Beruang Kanan Barat, dan BKZ Polymetallic.
Menurut Mansur, pihaknya berencana hanya membangun fasilitas pengolahan yang akan menghasilkan konsentrat tembaga. "Kami tidak akan bangun pabrik pemurnian (smelter), tapi akan kerja dengan smelter yang ada di Indonesia," tuturnya.
Sayang, Mansur tidak menjelaskan secara detail investasi yang akan disiapkan perusahaan sampai dapat menghasilkan konsentrat tersebut. Yang jelas, sejak eksplorasi menggelar pada 18 tahun silam, perusahaan tersebut telah mengeluarkan investasi senilai US$ 50 juta. Nah, khusus untuk melanjutkan kegiatan eksplorasi pada tahun 2015 ini Kalimantan Surya Kencana berencana mengeluarkan investasi seniali US$ 3 juta.
Perlu kajian untuk suplai ke Freeport
Mansur menambahkan, sejauh ini pihaknya belum bisa memastikan akan menyuplai ke smelter mana pasokan konsentrat yang sudah diproduksi di tahun 2019 itu. Ia juga belum bisa apakah bisa mengirim ke smelter yang akan dibangun PT Freeport Indonesia di Gresik Jawa Timur dengan kapasitas 2 juta ton per tahun.
Menurut dia, perlu kajian metalurgi kesesuaian spesifikasi produk antara bijih tembaga dengan kebutuhan yang diperlukan smelter. "Kami belum bisa pastikan, apakah ore kami bisa diolah dengan metode leaching. Itu masih perlu banyak tes metalurgi," kata Mansur.
Asal tahu saja, pada pertengahan Februari lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumpulkan empat pemegang KK untuk memetakan produksi konsentrat dan kapasitas smelter. Selain Kalimantan dam Freeport, hadir juga PT Newmont Nusa Tenggara dan PT Gorontalo Minerals.
Berdasarkan hasil kesepakatan, Freeport akan melanjutkan rencananya untuk membangun smelter di Gresik dengan investasi senilai US$ 2,3 miliar. Newmont juga telah memastikan bekerjasama sebagai pemasok konsentrat bagi pabrik copper chatode tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News