kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.862   -122,00   -0,78%
  • IDX 7.454   -37,85   -0,51%
  • KOMPAS100 1.153   -6,00   -0,52%
  • LQ45 913   -7,39   -0,80%
  • ISSI 227   0,42   0,19%
  • IDX30 470   -5,21   -1,10%
  • IDXHIDIV20 567   -5,83   -1,02%
  • IDX80 132   -0,64   -0,48%
  • IDXV30 141   0,49   0,35%
  • IDXQ30 157   -1,33   -0,84%

Kalla: Jadi pejabat Bulog banyak tekanan


Senin, 15 Oktober 2012 / 11:35 WIB
Kalla: Jadi pejabat Bulog banyak tekanan
ILUSTRASI. Obat herbal vertigo perlu Anda konsumsi secara rutin supaya efeknya terasa.


Reporter: Nur Ramdhansyah A | Editor: Edy Can

JAKARTA. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan, pimpinan Badan Urusan Logistik (Bulog) selalu mendapat tekanan. Di saat harga pangan naik, Kalla bilang masyarakat selalu marah kepada Bulog. Sebaliknya, begitu harga gabah murah, giliran Bulog mendapat semprotan dari petani.

Karena itu, Kalla meminta Bulog dan Kementerian Pertanian memperbaiki diri supaya tidak memperoleh komentar miring. "Masa masih kalah sama para petani. Petani itu jam 5 subuh sudah berangkat ke ladang untuk mencangkul. Beda halnya dengan lembaga yang ada di sini, jam 5 subuh belum ada kegiatan," ujarnya dalam sambutan acara peluncuran buku mantan Direktur Utama Bulog Mustafa Abubakar, Senin (15/10).

Saat menjabat sebagai wakil presiden, Kalla mengaku pernah mengancam Bulog dan Kementerian Pertanian supaya melakukan swasembada beras. Kalla menyampaikan ancaman itu pada 2008 silam. "Jika Indonesia tidak swasembada beras maka saya akan menjual gedung-gedung pertanian itu. Akhirnya jadi juga swasembada," katanya yang langsung disambut tawa para hadirin.

Sesudah tak menjabat sebagai presiden, Kalla mengaku swasembada pangan belum terjadi lagi. Dia menilai produksi beras bahkan turun. "Bukannya saya sombong tapi memang demikian. Ketika saya turun, turun juga produksi berasnya," ucapnya yang kembali disambut tawa lagi para hadirin.

Kendati produksi beras turun, Kalla tetap meminta Bulog dan Kementerian Pertanian mengurangi impor. Dia menilai peluang produksi beras Indonesia sangat besar. "Jadi harus dipikir ulang lagi," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×