Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
Sementara Direktur Operasi Garuda Indonesia, Triyanto Moeharsono melihat manajemen Garuda dan asosiasi karyawan tersebut , sama-sama memiliki semangat besar dalam membangun perusahaan. Hanya menurutnya, persepsinya yang berbeda sehingga keduanya perlu sejalan untuk menyamakan persepsi.
Dia menjelaskan, karyawan terutama pilot Garuda Indonesia bekerja berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Sementara ada beberapa hal yang menyinggung PKB tersebut akibat kondisi perusahaan dan inilah yang dituntut karyawan Garuda.
Triyanto mencontohkan, waktu istirahat karyawan penerbang berdasarkan aturan adalah delapan hari dalam sebulan. Namun karena kekurangan tenaga penerbang, manajemen Garuda meminta agar waktu istirahat dikurangi dengan memberikan kompensasi.
"Inilah yang sedang kita selaraskan ke depan. Beberapa diskusi yang kita lakukam dengan penerbang sudah mulai mengerucut. Apa yang diinginkan sudah kita kembalikan sesuai aturannya. Tapi ini butuh waktu karena lagi proses. tidak beberapa lama lagi akan inline dengan yang diharapkan karyawan, " jelas Triyanto.
Triyanto menekankan, pihaknya tidak melakukan efisiensi SDM. Tetapi yang terjadi adalah ekspansi besar yang dilakukan Garuda tidak dibarengi dengan penambahan SDM.
"Untuk tambah SDM penerbang itu butuh waktu, sementara kapasitas training kami juga terbatas. Sehingga negosiasi dengan karyawan untuk meminjam waktu istirahatnya. Itu saja masalahnya, " tambah Triyanto.
Saat ini, Garuda Indonesia memiliki 1.327 tenaga penerbang yang terdiri dari kapten dan copilot. Sementara penerbangan Garuda mencapai 6.364 dalam sehari.
Triyanto mengatakan, pihaknya tahun ini akan fokus melakukan penambahan SDM penerbang. " Saya minta tahun ini tambah 132 pilot baru, " ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News