kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebutuhan Aluminium Tinggi, Smelter Aluminium Ini akan Beroperasi di Indonesia


Jumat, 05 April 2024 / 18:19 WIB
Kebutuhan Aluminium Tinggi, Smelter Aluminium Ini akan Beroperasi di Indonesia
ILUSTRASI. Di tengah kebutuhan aluminium yang tinggi di dalam negeri, pebisnis tambang ramai-ramai membangun smelter aluminium.REUTERS/Ilya Naymushin/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kebutuhan aluminium yang tinggi di dalam negeri, pebisnis tambang ramai-ramai membangun smelter aluminium. Harita Nickel (NCKL) sedang membangun pabrik aluminium, Adaro (ADRO) tahun depan selesai, dan Inalum sedang menjajaki kerja sama untuk membangun pabrik aluminium.

Untuk diketahui, kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini mencapai 1,2 juta ton per tahun. Namun, pemenuhan aluminium dalam negeri masih didominasi oleh impor. 

Pembangunan smelter aluminium tersebut akan membantu menekan impor dan memperbanyak stok aluminium di dalam negeri.

Direktur Pengembangan Usaha Inalum Melati Sarnita mengatakan, sesuai dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2025 – 2029 dan dengan mempertimbangkan aluminium merupakan salah satu bahan baku utama yang dibutuhkan dalam pengembangan industri-industri nasional.

Baca Juga: Harga Tembaga Sentuh Level Terendah 2 Minggu, Menanti Kejelasan Penghentian Smelter

Selain itu, kata Melati, pemenuhan aluminium dalam negeri masih didominasi oleh impor, dengan porsi impor sebesar 57% dan porsi Inalum sebesar 43% pada tahun 2022.

Ia menuturkan, Inalum berencana meningkatkan kapasitas produksinya dengan melaksanakan pembangunan dan pengoperasian fasilitas pengolahan dan pemurnian komoditas aluminium, yang juga berlokasi di Kuala Tanjung – Sumatra Utara, dengan target mulai beroperasi pada tahun 2028 (Kuala Tanjung Second Smelter).

Lebih lanjut, Inalum akan memprioritaskan kebutuhan aluminium dalam negeri. Sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk mengurangi ketergantungan dalam negeri terhadap pasar impor, maka seluruh pasokan aluminium Inalum diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Inalum saat ini mengoperasikan smelter aluminium beserta seluruh fasilitas pendukungnya yang berlokasi di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, dengan kapasitas produksi hingga mencapai 250.000 ton per tahun.

Dengan adanya Kuala Tanjung Second Smelter yang memiliki kapasitas produksi hingga mencapai 600.000 ton per tahun, kapasitas produksi Inalum akan mengalami peningkatan hingga mencapai 900.000 ton per tahun

"Operasinya Kuala Tanjung Second Smelter, maka kapasitas produksi aluminum akan mengalami peningkatan hingga mencapai 900.000 ton per tahun," kata Melati kepada KONTAN, Jumat (5/4).

Sementara itu, proyek pembangunan pabrik pengolahan atau smelter alumunium milik PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) ditargetkan mulai produksi pada tahun depan.

Direktur Adaro Minerals Wito Krisnahadi mengatakan, proyek smelter alumunium Grup Adaro dengan kapasitas produksi tahap I sebesar 500.000 ton ingot (batangan alumunium) terus berjalan dan diharapkan smelter ini akan beroperasi bertahap secara komersial mulai kuartal III-2025.

"Di [proyek] alumunium smelter kami masih melakukan konstruksi karena kita harapkan mulai produksinya di tahun depan masih di 500 ribu ton ingot yang merupakan tahap 1 pembangunan lagi masif-masifnya. Harapannya pada kuartal IV 2025 atau kuartal I 2026 mencapai full kapasitas produksi," kata Wito di Jakarta, Rabu (20/3).

Wito menuturkan, pembangunan smelter dilakukan sejalan dengan proyek pembangkit listrik. Smelte alumunium tersebut harus berjalan 24 jam penuh supaya operasional bisa efisien sehingga membutuhkan daya listrik yang besar.

Baca Juga: Smelter Grade Alumina Refinery Mempawah Rampung Juni 2024, Operasional Penuh 2025

Selain berfokus pada penyelesaian proyek smelter alumunium ini, Adaro Minerals juga akan melirik peluang lain di mineral atau logam lain dalam rangka mendukung hilirisasi yang digaungkan oleh pemerintah.

"Kami mengkaji mineral-mineral lain yang peluangnya besar untuk menyumbang sumbangsih baik pendapatan maupun laba Adaro, dan masyarakat setempat," pungkas Wito.

Menurut catatan KONTAN, smelter aluminium ini berada di bawah naungan PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI), di mana ADMR menguasai 65% saham Kalimantan Aluminium Industry. Sehingga, nantinya ADMR berhak atas laba yang dihasilkan oleh Kalimantan Aluminium Industry yang akan disalurkan melalui dividen.

Smelter ini akan menjadi batu loncatan transformasi green business Adaro Group. Bahan baku smelter ini dapatkan dari alumina refinery, sebelum akhirnya diolah menjadi aluminium.

Pembangunan smelter ini akan dilakukan dalam 3 tahap, dengan kapasitas masing-masing tahap smelter berjumlah 500.000 ton. Sehingga, jika nantinya rampung, smelter aluminium ini memiliki kapasitas hingga 1,5 juta ton aluminium per tahun. ADMR mengalokasikan belanja modal senilai US$ 2 miliar untuk pembangunan smelter tahap I ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×