Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Investasi/BKPM mengemukakan saat ini investor baru asal Tiongkok berminat menggarap smelter bauksit di Indonesia. Ini bisa menjadi angin segar bagi industri bauksit karena sebelumnya pembangunan smelter mandek karena terkendala Pandemi Covid-19 dan sulirnya pendanaan.
Direktur Hilirisasi Mineral dan Batubara Kementerian Investasi/BKPM, Hasyim Daeng Barang menjelaskan, pelaksanaan hilirisasi bauksit ada sedikit kendala di beberapa perusahaan. Proses konstruksi sempat terhenti karena pageblug Covid-19 sehingga sejumlah investor menarik diri dari proyek.
“Kami mencoba memfasilitasi agar perusahaan yang sudah memulai konstruksi bisa mendapatkan investor (baru) supaya pabriknya segera dibangun, selain itu kami juga mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi perusahaan,” ujarnya ditemui di sela acara IMEC 2023 di Jakarta, Selasa (19/12).
Baca Juga: Kementerian ESDM Lelang 19 Blok Wilayah Tambang di Indonesia
Tanpa memerinci, Hasyim menyatakan, berdasarkan data BKPM sudah ada beberapa smelter bauksit yang pembangunannya mencapai 30% sampai 40%. Saat ini pihaknya melihat ada sejumlah ketertarikan dari investor luar negeri masuk ke proyek smelter bauksit.
“Kami coba fasilitasi dan ada beberapa investor yang tertarik gitu. Kami coba lakukan karena kami tidak bisa masuk dalam proses business to business karena itukan persoalan perusahaan. Yang pasti ada investor Tiongkok berminat,” jelasnya.
Hanya saja, sejauh ini proses yang sedang berlangsung baru penjajakan dengan perusahaan pemilik proyek dan konsesi. Nantinya proses kesepakatan dan bisnisnya berjalan B2B.
BKPM berharap proses ini dapat berjalan cepat karena targetnya di 2024 sudah ada smelter bauksit baru yang beroperasi. Pasalnya saat ini banyak bijih bauksit yang terdiam dan tidak bisa dimanfaatkan.
“Ada beberapa yang di pertengahan 2024 mungkin dapat beroperasi karena progressnya sudah 50%. Itu pasti dia kejar,” imbuhnya.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) Ronald Sulistyanto melihat hingga saat ini belum ada kemajuan yang berarti pada pembangunan smelter bauksit sepanjang iklim investasi belum berubah.
“Tantangannya masih soal biaya yang besar dan tidak ada jaminan mendapatkan kemudahan bantuan keuangan atau stimulus dari bank lokal,” ujarnya kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Sektor Mineral Indonesia Berpeluang Tumbuh Pesat Jika Pengelolaan Risikonya Tepat
Ronald mengemukakan, diperlukan peta jalan (roadmap) hilirisasi bauksit baru untuk memperbaiki kondisi mandegnya industri saat ini.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif menyatakan, saat ini Kementerian ESDM hanya bisa mendorong pembangunan smelter yang sudah direncanakan sebelumnya.
“Karena kami sudah berikan kesempatan untuk mengekspor bijih bauksit dengan kualitas tertentu sebelum larangan ekspor bijih bauksit tanggal 10 Juni 2023,” terangnya.
Namun, menurutnya, implementasi pembangunan smelter bauksit tentu sangat tergantung pada perusahaan masing-masing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News