Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren industri co-living memiliki prospek bisnis yang cukup menjanjikan, khususnya residensial dengan harga di bawah Rp 800 juta dan memiliki pendapatan berulang atau tetap seperti passive income setiap bulannya.
Edwin Sebayang Analis MNC Sekuritas mengungkapkan tren tersebut bagus karena backlog atau defisit ketersediaan akan tempat tinggal/rumah mencapai 300-400 ribu unit per tahun. Sehingga, menurutnya kebutuhan masyarakat akan hunian seperti hotel maupun properti berkonsep co-living masih sangat besar.
Baca Juga: China cuts new benchmark lending rate to lower costs, shore up economy
“Perusahaan properti yang memiliki prospek bagus antara lain properti di sektor industri, berkaitan dengan emiten properti yang mendapatkan pendapatan berulang seperti hotel, mal dan konsep co-living karena lebih stabil dibanding yang hanya khusus jual putus,” terangnya dalam siaran pers, Rabu (20/11).
Edwin menambahkan apabila dilihat secara rata-rata year to date kinerja emiten properti terbilang masih lumayan bagus. Namun, hal itu juga harus didasari oleh kinerja fundamental perusahaan tersebut.
Apabila ada perusahaan properti berencana melakukan IPO, saat ini dinilai sebagai waktu yang tepat. Selain tren suku bunga pinjaman terus menurun, loan to value (LTV) diperlonggar dan asing makin mudah memiliki aset properti di Indonesia.
Baca Juga: BTN kembali menggelar Indonesia Property Expo (IPEX) 2019
“Sektor properti ke depannya diperkirakan akan bergairah. Kalau mau IPO saat ini, sangat tepat karena kondisi ekonomi sedang stabil,” bebernya.
Salah satu aspek keberhasilan dari perusahaan properti yang ingin IPO, lanjutnya, ditentukan bagaimana cara emiten tersebut mendapatkan pendapatan atau revenue saat kondisi properti sekarang sedang lesu.
Selain itu juga, investor melihat valuasi, besaran size IPO, portofolio proyek properti yang berada di pusat keramaian hingga harga yang dimainkan oleh pelaku industri dalam memasarkan produknya.
Baca Juga: Ekspansi Mangkok Ku tak hanya andalkan daya tarik anak Presiden
“Untuk hunian co-living kalau berada di daerah industri, wilayah perdagangan, dekat sekolah atau universitas itu sangat bagus. Jadi memang beberapa emiten fokus bangun properti di industri, perdagangan dan bisnis dan untuk sekolah apalagi kalau dia juga dekat dengan sarana transportasi kereta api atau Transit Oriented Development (TOD) karena strategis untuk mobilitas,” katanya.
Salah satu konsep hunian dengan fasilitas komprehensif, harga terjangkau, dan lokasi strategis, seperti co-living yang banyak diminati masyarakat urban mulai banyak pengembang atau pengelola yang melirik. Salah satunya, pemain bisnis co-living yang sudah lama berkecimpung yakni PT Hoppor International atau lebih dikenal Kamar Keluarga.
CEO Kamar Keluarga Charles Kwok menjelaskan ada lima pilar bisnis yang dikembangkan oleh Kamar Keluarga (KK). Pertama, pilar KK BOT (build operate transfer), dimana pihaknya membantu pemilik tanah membangun properti dan nantinya menggunakan sistem bagi hasil.
Baca Juga: Ciputra Residence bakal bangun Citra Premier lagi
Pilar kedua yaitu KK Aset yang dapat membantu para mitra untuk mencari, membangun dan mengelola properti hingga menghasilkan Return of Investment (RoI) memuaskan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi melalui sektor properti di Indonesia.
Lalu yang ketiga, KK Operator dengan mengelola secara penuh seluruh lahan yang dijadikan kos maupun bisnis lainnya. Pilar keempat yaitu KK Development dimana perusahaan bertindak sebagai ahli membangun rumah minimalis, efektif dan efisien sehingga harga terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini yang mampu mendorong generasi milenial memiliki properti milik sendiri.
Terakhir, pilar kelima adalah KK Vertikal. Memanfaatkan ruang yang ada untuk dijadikan bisnis baru, seperti binatu, warung, atau tempat makan. “Konsep yang kami tawarkan ini tentu saja membuat mitra-mitra kami dapat memilih sesuai kebutuhannya. Dan itu yang membuat kami berkembang dengan cepat karena semua pihak mendapatkan profitnya,” ujar Charles.
Baca Juga: Tak Banyak Pendongkrak, Bisnis Ritel Tumbuh Single Digit
Konsep co-living yang telah dijalankan oleh Kamar Keluarga ini memiliki ekosistem terpadu dengan jaringan yang luas, layanan lengkap, dan harga yang terjangkau. Hanya dalam kurun waktu dua tahun, Kamar Keluarga telah memiliki 2.041 kamar yang tersebar di 75 lokasi strategis dan dekat dengan sarana TOD.
“Potensi industri ini sangat besar dan hal ini membuat kami berkembang dengan pesat serta membuat seluruh mitra kami menikmati manfaat dari passive income yang ada,” kata Charles.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News