kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kehadiran Beras Impor Diyakini Dapat Memperkuat Cadangan Beras Pemerintah


Minggu, 25 Desember 2022 / 16:50 WIB
Kehadiran Beras Impor Diyakini Dapat Memperkuat Cadangan Beras Pemerintah
ILUSTRASI. Pekerja memperlihatkan beras impor asal Vietnam milik Perum Bulog di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/12/2022). Kehadiran Beras Impor Diyakini Dapat Memperkuat Cadangan Beras Pemerintah.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Keputusan pemerintah untuk mengimpor 500.000 ton beras merupakan pilihan terakhir untuk memperkuat stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang ditargetkan sebanyak 1,2 juta ton pada akhir tahun 2022. 

Diharapkan dengan tambahan beras impor tersebut dapat memenuhi kebutuhan selama Januari-Februari 2023 yang hitunganya masih deficit antara produksi dan konsumsi.

Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Budi Wuryanto mengatakan, stok yang dikuasi Perum Bulog saat ini tidak dalam kondisi ideal menghadapi Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022. 

Hingga 21 Desember, CBP yang ada di Bulog hanya sebanyak 399.160 ton, padahal idealnya 1,2 juta ton sesuai target pemerintah.

Baca Juga: Masih Tergantung Impor, Tiga Komoditas Pangan Ini Perlu Perhatian

“Karena itu, pemerintah melakukan top up agar CBP bisa mencapai 1,2 juta ton. Jadi impor 500 ribu ton merupakan pilihan terakhir untuk memenuhi CBP,” kata Budi saat diskusi Forum Wartawan Pertanian (Forwatan): Pasokan Beras Jelang Nataru, Amankah? akhir pekan ini.

Dengan kondisi stok beras saat ini dibandingkan dengan kebutuhan bulanan masih sangat jauh, pemerintah dalam Rakortas memutuskan Bulog untuk mengimpor 500.000 ton untuk memperkuat CBP hingga Januari-Februari 2023. Sedangkan sisanya 500.000 ton dari dalam negeri. 

“Pada Maret 2023 saat panen raya, pemerintah akan mendorong Bulog untuk segera menyerap gabah/beras petani,” katanya.

Budi mengakui, tipisnya stok CBP yang dipegang Bulog, salah satu faktornya adalah tingginya pengeluaran beras program KPSH atau operasi pasar untuk menjaga stabilisasi harga beras yang naik cukup tinggi sejak Juli. Jika pada Januari, harga beras medium masih sekitar Rp 10.900/kg, maka pada Desember sudah mencapai Rp 11.300/kg. 

Sedangkan volume beras KPSH yang sebelumnya di bawah 100 ribu ton, pada Agustus mencapai 200 ribu ton. Bahkan hingga akhir tahun 2022, volume beras yang Bulog gelontorkan untuk program KPSH mencapai 1,16 juta ton. “Jika stok CBP Bulog menipis, sulit bagi pemerintah meredam laju peningkatan harga beras. Padahal kenaikan harga beras berkontribusi tinggi terhadap inflasi dan kenaikan pangan lainnya,” ujarnya.

Baca Juga: Penyaluran Beras untuk Operasi Pasar di Bulog Capai 1,2 Juta Ton

Budi mengungkapkan, jika melihat secara keseluruhan perbandingan produksi padi nasional dengan kebutuhan, maka ada surplus. Produksi pada tahun 2022 berdasarkan perhitungan KSA (Kerangka Sample Area) BPS sebanyak 55,43 juta ton gabah kering giling (GKG) atau 31,93 juta ton setara beras. 

Dengan kebutuhan setahun 30,19 juta ton, aka nada surplus sekitar 1,7 juta ton. “Tapi kalau melihat produksi bulanan, sejak Agustus produksi dibandingkan kebutuhan minus,” ujarnya.

Sementa itu, Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Epi Sulandari menjelaskan, pada April 2022 stok cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai 1,2 juta ton.

Hitungan Bulog, stok ini diperkirakan cukup hingga akhir tahun lantaran penyaluran beras sebagian besar untuk Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) hanya sekitar 500 hingga 1.000 ton per hari atau 20-30 ribu ton per bulan.

"Dengan stok 1,2 juta ton sampai Juli, maka Agustus-Desember dalam waktu lima bulan diperkirakan hanya butuh sekitar 150 ribu ton saja untuk keluar. Artinya stok akhir kita masih di atas 1 juta ton, karena pada saat panen gadu berikutnya Agustus September, kita masih bisa menyerap," jelas Epi.

Namun, lanjut Epi, saat Agustus 2022 harga beras melonjak tinggi di pasar serta permintaan masyarakat juga meningkat akibat dari kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Kenaikan harga beras mendorong naiknya permintaan CBP untuk KPSH hingga 214 ribu ton pada Agustus. “Kondisi inilah yang kemudian Agustus-Desember ada pada kisaran 200 ribu ton yang mengakibatkan stok mulai tergerus," jelasnya.

Sejak ada kenaikan permintaan tersebut, lanjut Epi, pemerintah meminta Bulog untuk membeli gabah dalam negeri. Namun, berdasarkan neraca bulanan pada periode November hingga Desember terjadi defisit antara produksi dan konsumsi.

“Secara bulanan pada Oktober November Desember terjadi defisit secara bulan yang artinya kalau Bulog menyerap akan menyerap stok-stok sisa yang lama," ungkapnya.

Baca Juga: Bulog Pastikan Sisa 300.000 Ton Beras Impor Datang Sebelum Musim Panen Raya 2023

Sementara itu Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (indef), Ahmad Heri Firdaus, yang juga hadir pada kesempatan ini menilai kenaikan harga beras dipengaruhi oleh efek musiman. 

"Kalau kita lihat sepanjang semester II 2022 ini memang mengalami peningkatan yang trennya cukup tinggi apalagi setelah terjadi kenaikan harga BMM pada September 2022. Sementara di sisi lain, produksi beras mengalami penurunan karena sedang memasuki musim tanam," ucap dia.

Heri Firdaus mengatakan, penurunan stok dan produksi beras bisa menimbulkan kekhawatiran terhadap pasokan beras, khususnya menjelang Nataru, yang biasanya terjadi peningkatakan konsumsi apalagi daya beli terus membaik setelah pandemi. 

"Ini tentu saja menimbulkan implikasi terhadap bahan pangan. Tentu saja ini juga menimbulkan permintaan yang besar, sehingga pasokan terhadap beras ini memang perlu dijaga," imbuhnya.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×