Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Namun, lanjut Epi, saat Agustus 2022 harga beras melonjak tinggi di pasar serta permintaan masyarakat juga meningkat akibat dari kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Kenaikan harga beras mendorong naiknya permintaan CBP untuk KPSH hingga 214 ribu ton pada Agustus. “Kondisi inilah yang kemudian Agustus-Desember ada pada kisaran 200 ribu ton yang mengakibatkan stok mulai tergerus," jelasnya.
Sejak ada kenaikan permintaan tersebut, lanjut Epi, pemerintah meminta Bulog untuk membeli gabah dalam negeri. Namun, berdasarkan neraca bulanan pada periode November hingga Desember terjadi defisit antara produksi dan konsumsi.
“Secara bulanan pada Oktober November Desember terjadi defisit secara bulan yang artinya kalau Bulog menyerap akan menyerap stok-stok sisa yang lama," ungkapnya.
Baca Juga: Bulog Pastikan Sisa 300.000 Ton Beras Impor Datang Sebelum Musim Panen Raya 2023
Sementara itu Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (indef), Ahmad Heri Firdaus, yang juga hadir pada kesempatan ini menilai kenaikan harga beras dipengaruhi oleh efek musiman.
"Kalau kita lihat sepanjang semester II 2022 ini memang mengalami peningkatan yang trennya cukup tinggi apalagi setelah terjadi kenaikan harga BMM pada September 2022. Sementara di sisi lain, produksi beras mengalami penurunan karena sedang memasuki musim tanam," ucap dia.
Heri Firdaus mengatakan, penurunan stok dan produksi beras bisa menimbulkan kekhawatiran terhadap pasokan beras, khususnya menjelang Nataru, yang biasanya terjadi peningkatakan konsumsi apalagi daya beli terus membaik setelah pandemi.
"Ini tentu saja menimbulkan implikasi terhadap bahan pangan. Tentu saja ini juga menimbulkan permintaan yang besar, sehingga pasokan terhadap beras ini memang perlu dijaga," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News