Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momentum kenaikan harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) global akan kembali dimanfaatkan PT Mahkota Group Tbk (MGRO) untuk memacu kinerja yang lebih baik lagi di tahun 2022.
Sebagaimana yang diketahui, pendapatan MGRO melesat 78,29% (year on year/yoy) pada tahun 2021. Mayoritas pendapatan MGRO di tahun lalu berasal dari segmen minyak sawit mentah dan turunannya sebesar Rp 6,63 miliar.
Masih di tahun 2021, MGRO juga meraup laba bersih sebesar Rp 78,53 miliar, berbanding terbalik dengan capaian perusahaan di tahun sebelumnya yang menderita rugi bersih Rp 51,74 miliar.
Dari sisi operasional, Manajemen Mahkota Group menyebut produksi CPO perusahaan ini mencapai 661.423 ton sepanjang tahun 2021. Jumlah ini lebih tinggi dari realisasi produksi CPO Mahkota Group di tahun 2020 sebanyak 241.490 ton.
Baca Juga: Net Buy Asing Lebih Dari Rp 41 Triliun di Pasar Saham, Waspada Pembalikan Arus
Pihak Mahkota Group sendiri menargetkan total pendapatan di tahun ini sekitar Rp 12 triliun, sedangkan laba bersih perusahaan ditaksir sekitar Rp 200 miliar. Sayangnya, Manajemen Mahkota Group belum bisa menyampaikan target produksi CPO milik perusahaan untuk tahun ini.
“Sentimen harga CPO masih dapat mempengaruhi kinerja Mahkota Group sepanjang tahun ini,” ujar Elvi, Sekretaris Perusahaan Mahkota Group, belum lama ini.
Lantas, Mahkota Group fokus menjalankan strategi seperti menjaga kestabilan tanaman sawit sebagai bahan baku CPO dan turunannya. Perusahaan ini juga berupaya mengoptimalkan kapasitas mesin produksi untuk memacu kinerjanya di tahun 2022.
Selain itu, Mahkota Group juga tetap akan melakukan penjualan ekspor produk CPO dan turunannya dengan memanfaatkan tren harga komoditas tersebut yang semakin meningkat di pasar global. Diharapkan, perusahaan ini bisa mendapatkan keuntungan lebih dari kenaikan harga tersebut.
Baca Juga: Mahkota Group (MGRO) Raih Pendapatan Rp 7,31 Triliun Pada Tahun 2021
Dalam catatan Kontan, Mahkota Group telah melakukan ekspor sejak pertengahan tahun 2020 lalu melalui produk Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) ke Malaysia.
Diekspornya produk RBDPO ini merupakan bentuk komitmen Mahkota Group yang sampai sekarang fokus pada program hilirisasi industri sawit. Melalui hilirisasi, Mahkota Group berkesempatan memperoleh insentif dari pemerintah karena mampu menghasilkan produk yang bernilai tambah.
Mahkota Group pun menyiapkan rencana peningkatan kapasitas produksi guna mendukung langkah hilirisasi tersebut.
Mengutip berita sebelumnya, Mahkota Group berencana meningkatkan kapasitas refinery line-1 dan menambahkan refinery line-2, lalu ada pengembangan produk hard stearin, margarin, oil packing, dan shortening, penambahan angka timbun, peningkatan kapasitas kernel crushing plant (KCP) dan solvent extraction plant, investasi usaha biogas, penambahan turbin, boiler, dan bunch press, pengolahan pupuk, hingga pengembangan produk oleochemical.
Baca Juga: Investor Mencermati Kebijakan Bank Sentral, Bursa Asia Ditutup Bervariasi Hari Ini
Adapun sejauh ini, Mahkota Group memiliki pabrik refinery di Sumatra dengan kapasitas 1.500 ton per hari serta pabrik KCP yang berkapasitas 200—400 ton per hari. “Fokus kami memang pada hilirisasi dan hal ini masih terus berlangsung sampai sekarang,” imbuh Elvi.
Pihak Mahkota Group belum bisa menyampaikan total belanja modal atau capital expenditure (capex) di tahun 2022. Walau demikian, capex Mahkota Group yang akan disediakan kemungkinan lebih digunakan untuk pembelian mesin-mesin pendukung produksi olahan minyak sawit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News