Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan perusahaan BUMN Migas Republik Rakyat Tiongkok yaitu Sinopec menandatangani Nota Kesepahaman (MOU) yang menandai kolaborasi strategis kedua belah pihak.
Potensi kolaborasi yang ada dalam MOU tersebut mencakup area antara lain peluang kegiatan akuisisi/farm in blok eksplorasi/produksi, kolaborasi pada kegiatan peningkatan produktifitas sumur dan lapangan, program enhance oil recovery (EOR), migas non konvensional (MNK) dan kolaborasi dalam bidang CCS/CCUS.
“Perjanjian ini menandai momen penting dalam perjalanan kolektif industri hulu migas Indonesia untuk merealisasikan target yang telah ditetapkan Pemerintah yaitu 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) produksi gas untuk mendukung ketahanan energi dan masa depan yang berkelanjutan”, kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam keterangan resmi, Rabu (4/9).
Dwi menegaskan target peningkatan produksi migas sangat penting bagi ketahanan energi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk mencapainya memerlukan upaya gabungan, keahlian, dan inovasi dari SKK Migas dan SINOPEC.
Baca Juga: Genjot Produksi, Kementerian ESDM, SKK Migas Bahas Reaktivasi Sumur dan Lapangan Idle
Menurut Dwi, dengan bekerja sama SKK Migas dan Sinopec dapat memanfaatkan kekuatan satu sama lain untuk mengeksplorasi batas-batas baru, mengoptimalkan sumber daya yang ada, dan menerapkan teknologi mutakhir yang akan mendorong kemampuan produksi kami ke tingkat yang lebih tinggi.
Adapun, Kemitraan SKK Migas dan SINOPEC akan berfokus pada kegiatan hulu minyak dan gas, yang mencakup eksplorasi, pengembangan, dan produksi hidrokarbon konvensional dan nonkonvensional (MNK), termasuk di dalamnya adalah kerjasama dalam peningkatan perolehan minyak (EOR/CEOR) di mana SINOPEC telah berhasil menerapkannya pada skala komersial.
"Kolaborasi ini merupakan kunci untuk membuka potensi energi Indonesia yang sangat besar, khususnya di bidang-bidang yang membutuhkan teknologi maju dan pendekatan inovatif”, tutur Dwi.
Lebih lanjut, Dwi menjelaskan jika kolaborasi dengan SINOPEC mencakup pula inisiatif strategis dalam Penangkapan, Pemanfaatan, dan Penyimpanan Karbon (CCS/CCUS). Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya penting untuk memaksimalkan ekstraksi sumber daya tetapi juga untuk mengurangi jejak karbon dan berkontribusi terhadap tujuan keberlanjutan global sekaligus mendukung tercapainya program nett zero emission (NZE) di tahun 2060 yang telah ditetapkan Pemerintah”.
Baca Juga: Genjot Investasi Hulu Migas, Pemerintah Beri Insentif Menarik ke Kontraktor Migas
Saat ini Indonesia sedang mengembangkan 12 proyek EOR dengan perkiraan total cadangan sebesar 951 MMSTB. Proyek EOR Tahap I di Lapangan Minas Sumatera telah mendapat persetujuan POD dan siap untuk dikembangkan.
"Kami berharap proyek-proyek lain akan segera menyusul. Untuk pengembangan CCS/CCUS, diperkirakan potensi penangkapan karbon bisa mencapai sekitar 12,2 gigato," tandasnya.
Adapun, Pemerintah memberikan dukungan yang kuat untuk pengembangan CCS/CCUS di Indonesia. Saat ini, dari segi regulasi, Indonesia telah memiliki peraturan yang komprehensif untuk pengembangan CCS/CCUS, baik peraturan umum di tingkat menteri maupun pedoman operasional di tingkat SKK Migas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News