Reporter: Diemas Kresna Duta, Ragil Nugroho | Editor: Amailia Putri
JAKARTA. Kelangkaan solar yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia kian menjadi-jadi. Ini membuat para pengusaha angkutan dan logistik megap-megap. Sebab, solar merupakan salah satu komponen utama dalam bisnis transportasi.
Menurut Mahendra Rianto, Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), kelangkaan solar membuat para pengusaha logstik kesulitan untuk memperoleh bahan bakar. "Biaya bahan bakar untuk pengusaha logistik kira-kira 60% dari keseluruhan total biaya," ujar Mahendra yang juga merupakan Business Development Manager PT Cardig Logistic Indonesia, Rabu (24/4).
Sisanya sekitar 40% adalah warehousing, sumber daya manusia (SDM), informasi teknologi (IT), dan sebagainya. Jadi, biaya transportasi itu mendominasi dalam total biaya bisnis logistik.
Dengan kelangkaan bahan bakar membuat banyak kendaraan angkutan logistik yang tertahan dan tidak bisa beroperasi. Mahendra bilang, potensi kerugian pengusaha begitu besar. "Nilai satu trip perusahaan mengangkut consumer goods, bahan-bahan telekomunikasi dan elektronik bis amencapai nilai Rp 200 juta-Rp 400 juta," ujarnya.
Kelangkaan pasokan solar juga mengakibatkan angkutan umum darat di Jawa Tengah bagian selatan lumpuh, kemarin. Ribuan antar kota antar provinsi (AKAP) memilih mogok tidak menarik penumpang sebagai protes atas kesulitan untuk mendapatkan solar dari stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Mahendra mengkhawatirkan, kalau distribusi barang dan angkutan manusia terganggu, dampak lainnya adalah kekurangan pasokan di beberapa wilayah distribusi. "Ke depan bisa memicu kenaikan harga dan inflasi," tegasnya. Oleh karena itu, ia sangat berharap pemerintah segera menambah kuota bahan bakar bersubsidi.
Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai dan Penyeberangan (Gapasdap), Bambang Harjo, bilang dampak kelangkaan solar adalah ada penurunan tingkat keterisian angkutan feri. "Dalam beberapa hari ini, sudah terjadi penurunan sekitar 10% penyeberangan truk dan bus," ujarnya.
Bambang bilang, per hari, di Pelabuhan Merak tercatat rata-rata menyeberangkan 4.500 kendaraan bermotor. Sekitar 5% di antaranya merupakan bus sedangkan truk mencapai 20%.
Sudah guyur solar
Demi mengurai kelangkaan solar, PT Pertamina akan menambah pasokan solar ke SPBU. "Pertamina akan secara maksimal mengurai antrean pembeli solar bersubsidi di SPBU sesuai dengan arahan pemerintah dengan memastikan ketersediaan solar bersubsidi," ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya, dalam siaran persnya, Selasa (23/4).
Sejak Selasa (23/4) sore, Pertamina mulai menambah pasokan solar. Karena itu, Hanung meminta agar masyarakat tak perlu khawatir karena pasokan solar bersubsidi aman. Pertamina akan bekerjasama dengan aparat kepolisian untuk mengamankan penyaluran solar bersubsidi agar berjalan dengan lancar.
Sesuai penugasan Pemerintah, kuota solar bersubsidi yang menjadi tanggung jawab Pertamina tahun ini lebih rendah 8,3% dibandingkan dengan realisasi penyaluran tahun lalu, dari 15,56 juta kiloliter (KL) turun menjadi 14,28 juta KL. Hal ini mengakibatkan kuota solar bersubsidi di daerah-daerah ikut turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News