Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
Adapun, pada tahun ini ditargetkan akan ada lima smelter baru yang beroperasi. kelima proyek tersebut ialah: Pertama, smelter nikel PT Antam Tbk di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan kapasitas input 1,21 juta ton dan kapasitas produksi 64,65 ribu ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.
Kedua, proyek smelter oleh PT. Arthabumi Sentra Industri di Morowali, Sulawesi Tengah dengan kapasitas input 720 ribu ton dan kapasitas produksi Nikel Pig Iron (NPI) sebesar 72,96 ribu ton per tahun.
Ketiga, PT Kapuas Prima Coal di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah dengan kapasitas input 36 ribu ton dan produksi sebesar 22,92 ribu ton Pb Bullion per tahun.
Baca Juga: Sejumlah proyek listrik terancam molor akibat merebaknya virus corona
Keempat, proyek oleh PT Putra Indonesia Jaya di Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan kapasitas input 103,16 ribu ton. Proyek mangan ini berkapasitas produksi 40,37 ribu ton Ferro Mangan per tahun.
Kelima, proyek smelter nikel PT Elit Kharisma Utama di CIkande, Banten dengan kapasitas total dari 2 line sebanyak 1,2 juta ton dan total kapasitas produksi dari 2 line sebanyak 97,45 ribu ton NPI per tahun. Line 1 dari smelter ini direncanakan akan rampung tahun ini.
Hingga tahun 2024, ditargetkan akan ada 52 smelter yang beroperasi di Indonesia, dengan total investasi mencapai US$ 20,38 miliar. Adapun, saat ini baru terdapat 17 smelter yang beroperasi, sehingga masih ada 35 proyek smelter lagi yang masih berjalan.
Dari 17 smelter yang telah beroperasi, 11 smelter merupakan smelter nikel, 2 smelter bauksit, 1 smelter besi, 2 smelter tembaga, dan 1 smelter mangan. Setelah 52 smelter itu terbangun, nikel masih mendominasi dengan 29 smelter, lalu 9 smelter bauksit, 4 smelter besi, 4 smelter tembaga, 2 smelter mangan dan 4 smelter timbal dan seng.
Baca Juga: Industri smelter di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan berat, apa saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News