kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kelanjutan konstruksi proyek smelter dalam ancaman wabah corona


Kamis, 12 Maret 2020 / 15:51 WIB
Kelanjutan konstruksi proyek smelter dalam ancaman wabah corona
ILUSTRASI. Wabah corona mengancam kelanjutan konstruksi proyek smelter.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wabah corona sejauh ini diklaim belum berdampak terhadap produksi dan penjualan barang tambang mineral dan batubara (minerba) Indonesia. Namun, wabah corona mulai berdampak terhadap pengerjaan proyek smelter di tanah air.

Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot mengungkapkan, hal tersebut antara lain dialami oleh PT Virtue Dragon Nickel Industry di Konawe, Sulawesi Tenggara. Menurut Bambang, pengerjaan konstruksi proyek pengembangan smelter stainless steel Virtue Dragon terganggu lantaran ratusan pekerja yang berasal dari China belum bisa kembali mengerjakan proyek.

Baca Juga: Freeport dan Amman Mineral menunggu rekomendasi ekspor yang baru

"Virtue Dragon mengembangkan pabrik baja stainless steel. Mereka terganggu karena lebih dari 300 atau 400-an pekerja belum kembali," kata Bambang dalam Coffe Morning yang digelar di kantornya, Kamis (12/3).

Bambang bilang, proyek smelter yang sudah beroperasi kemungkinan tidak akan mengalami gangguan. Hanya saja, untuk proyek yang sedang konstruksi, Bambang tak menutup potensi akan terganggu oleh wabah Corona. Mengingat banyak smelter yang bekerja sama dengan perusahaan China dan memakai tenaga kerja dari Negeri Tirai Bambu itu.

"Memang yang masih dalam tahap pembangunan, masih ada yang terganggu. Yang sudah berjalan kegiatan produksi sepertinya enggak mengalami gangguan," sebut Bambang.

Kendati begitu, menurut Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak, hingga kini belum ada yang perusahaan yang melaporkan untuk menggeser target operasional smelter. Sehingga, sampai saat ini rencana pengoperasian smelter masih belum ada perubahan.

Meski tak merinci, Yunus mengatakan bahwa ada perusahaan lain yang pengerjaan smelternya terhambat lantaran corona. "Ada yang lain juga, delay karena corona. Tapi sampai saat ini tidak ada yang menyatakan resmi minta ditunda targetnya. Jadi (rencana pengoperasian smelter) masih sama, karena kita bicara resminya seperti apa," terang Yunus.

Baca Juga: Meski ada corona, Bahlil yakin BKPM bisa capai target investasi tahun ini

Adapun, pada tahun ini ditargetkan akan ada lima smelter baru yang beroperasi. kelima proyek tersebut ialah: Pertama, smelter nikel PT Antam Tbk di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan kapasitas input 1,21 juta ton dan kapasitas produksi 64,65 ribu ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.

Kedua, proyek smelter oleh PT. Arthabumi Sentra Industri di Morowali, Sulawesi Tengah dengan kapasitas input 720 ribu ton dan kapasitas produksi Nikel Pig Iron (NPI) sebesar 72,96 ribu ton per tahun.

Ketiga, PT Kapuas Prima Coal di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah dengan kapasitas input 36 ribu ton dan produksi sebesar 22,92 ribu ton Pb Bullion per tahun.

Baca Juga: Sejumlah proyek listrik terancam molor akibat merebaknya virus corona

Keempat, proyek oleh PT Putra Indonesia Jaya di Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan kapasitas input 103,16 ribu ton. Proyek mangan ini berkapasitas produksi 40,37 ribu ton Ferro Mangan per tahun.

Kelima, proyek smelter nikel PT Elit Kharisma Utama di CIkande, Banten dengan kapasitas total dari 2 line sebanyak 1,2 juta ton dan total kapasitas produksi dari 2 line sebanyak 97,45 ribu ton NPI per tahun. Line 1 dari smelter ini direncanakan akan rampung tahun ini.

Hingga tahun 2024, ditargetkan akan ada 52 smelter yang beroperasi di Indonesia, dengan total investasi mencapai US$ 20,38 miliar. Adapun, saat ini baru terdapat 17 smelter yang beroperasi, sehingga masih ada 35 proyek smelter lagi yang masih berjalan.

Dari 17 smelter yang telah beroperasi, 11 smelter merupakan smelter nikel, 2 smelter bauksit, 1 smelter besi, 2 smelter tembaga, dan 1 smelter mangan. Setelah 52 smelter itu terbangun, nikel masih mendominasi dengan 29 smelter, lalu 9 smelter bauksit, 4 smelter besi, 4 smelter tembaga, 2 smelter mangan dan 4 smelter timbal dan seng.

Baca Juga: Industri smelter di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan berat, apa saja?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×