Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina International Shipping (PIS) terus berupaya mengelola manajemen risiko dengan tepat agar bisa menjaga kelancaran dan keberlanjutan bisnis di perusahaan yang bergerak di sektor pengangkutan dan logistik energi.
Dalam menghadapi tantangan risiko yang semakin kompleks, PIS telah mengadopsi berbagai strategi berbasis identifikasi dan penilaian risiko untuk semua proses bisnis baik dari sisi operasional dan proyek investasi.
Nico Dhamora, Vice President Risk Strategy & Governance PIS mengungkapkan bahwa, PIS telah melakukan transformasi manajemen risiko dari fungsi pendukung menjadi penggerak strategis melalui penguatan tata kelola, Structural Oversight, Business Continuity, Technology & Digitalization, dan Risk Culture.
Kata dia, dalam aspek budaya (culture), yang ingin perusahaan tekankan adalah pentingnya menumbuhkan kesadaran untuk dapat mengambil tindakan secara cepat dan akurat dalam mengendalikan krisis dan risiko disrupsi terhadap keberlangsungan bisnis yang sering kali situasi tersebut justru menimbulkan kepanikan.
"Oleh karena itu, diperlukan budaya organisasi yang memastikan bahwa setiap fungsi secara proaktif berperan dalam rangka pencegahan dan penanganan insiden secara cepat, tepat, dan terstruktur," kata Nico dalam acara bertajuk Anticipating Business Risk Secure Growth in the Energy and Mineral Resources Sector di Jakarta, Selasa (10/12).
Selain itu, kata Nico, PIS memiliki karakteristik yang berbeda dengan perusahaan lain. Dalam penggunaan digitalisasi tidak hanya melihat dari sisi data saja.
Ia menjelaskan, pemanfaatan digitalisasi di PIS tidak hanya berfungsi untuk menampilkan data operasional, tetapi juga berperan sebagai early warning system yang memberikan sinyal dini sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.
"Dengan armada yang beroperasi baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia, kemampuan untuk memantau secara akurat posisi kapal serta memahami kondisi rekan-rekan di laut menjadi sangat krusial. Melalui sistem digital yang terintegrasi, pengambilan keputusan dapat dilakukan berbasis risiko dan bukan semata-mata intuisi," jelas Nico.
Manajemen risiko yang sudah dilakukan PIS juga makin diakui berbagai pihak. Salah satunya ditunjukkan dengan diberikannya Award untuk kategori Best Risk Management for Marine Logistics. PIS meraih penghargaan ini karena dinilai telah menempatkan manajemen risiko sebagai komponen utama yang dijalankan dalam roda bisnis operasional perusahaan.
Manajemen risiko tidak hanya melibatkan upaya internal perusahaan, tetapi juga melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak eksternal.
PIS terus berkomunikasi dengan regulator, pemangku kepentingan, pemasok, dan klien untuk memastikan bahwa setiap tahap operasional memenuhi standar yang telah ditetapkan baik nasional maupun Internasional.
"Fungsi manajemen risiko harus secara proaktif membangun koordinasi dan komunikasi dua arah dengan seluruh pemangku kepentingan. Efisiensi, baik dalam aspek operasional maupun proyek investasi, hanya dapat dicapai apabila terdapat kolaborasi yang solid dan komunikasi yang efektif. Melalui pendekatan tersebut, organisasi dapat memastikan bahwa setiap keputusan diambil dengan tepat,” ungkap Nico.
Lebih lanjut, dia menuturkan manajemen risiko berperan secara strategis untuk mengawal capaian target-target Perusahaan dengan pengelolaan risiko secara komprehensif.
"Kita harus memastikan bahwa seluruh risk event telah diidentifikasi dengan jelas sehingga tidak menimbulkan loss atau kerugian baik dari aspek safety, bisnis, dan reputasi. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa proses bisnis yang dijalankan tidak menciptakan risiko baru bagi organisasi," ujar Nico.
Pemerintah menilai perusahaan di sektor energi di Indonesia sudah semakin concern untuk mengedepankan tata kelola manajemen risiko dalam pengembangan bisnisnya.
Muhammad Jilanisaf Rizwi Hisjam, Sekretaris Jendral Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan bahwa penerapan manajemen risiko hal serius.
"Pentingnya mitigasi yang dapat membahayakan operasi di bidang energi kemajuan di bidang Sistem Informasi sejalan dengan munculnya resiko-resiko baru di sektor energi," kata Rizwi.
Selanjutnya: Indonesia Rawan Bencana, Pengembang Harus Selektif Pilih Lokasi Pembangunan Properti
Menarik Dibaca: 18 Makanan yang Bisa Bantu Turunkan Tekanan Darah Tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













