Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Bagi pengembang, kendala serius kemacetan justru menjadi potensi bisnis. Pasalnya, tak sedikit calon penumpang pesawat terjebak macet dan terlambat mengikuti penerbangan sehingga mengalami kerugian waktu dan material.
"Kami rasa proyek properti seperti kondominium sangat potensial sebab layak dimanfaatkan sebagai tempat persinggahan bagi para awak kabin maupun calon penumpang pesawat," ujar Bally Saputra, Presiden Direktur Riyadh Group, di Jakarta, Jumat Kamis (29/8/2013).
Riyadh Group, perusahaan pengembang, bersama mitra usahanya, PT Adhimix Precast Indonesia, memang baru saja meluncurkan Soedirman Inn Condominium & Hotel. Proyek hunian vertikal di Jl Jenderal Sudirman, Kota Tangerang, Banten, ini hanya sekitar 10 menit dari Bandara Soekarno-Hatta.
Bally mengungkapkan, proyek properti kondominium dan kondotel ini jelas membidik potensi pasar para pekerja transportasi udara maupun pekerja pendukung di bandara. Apalagi, pada 2012 lalu, Bandara Soekarno-Hatta masuk dalam daftar 10 besar bandara tersibuk di dunia.
Sebagai catatan, jumlah penumpang pesawat di Bandara Soekarno-Hatta sepanjang 2012 naik 14,4 persen menjadi 60 juta penumpang. Angka tersebut melampaui capaian Dubai International Airport yang melayani 57, juta penumpang atau mengalami kenaikan 13,2 persen.
"Kami akan mulai memasarkan unit kondominium dan kondotel ini pada awal September nanti," kata Ballu.
Saat ini, tahapan proyek tersebut sudah membangun empat dari 17 lantai yang direncanakan. Bally mengungkapkan, pelaksanaan topping off (penutupan atap) sudah bisa dilakukan pada Februari 2014 mendatang.
Akuisisi
Adapun properti seluas 4.000 m2 ini mnerupakan hasil transformasi pasca akuisisi saham PT Busofa, pengembang Sudirman View yang juga melibatkan PT Adhimix Precast Indonesia. Pemilik lamanya menamakan proyek ini dengan Sudirman View.
"Tapi, karena sesuatu hal, proyek ini mandek di tengah jalan sehingga kami akuisisi. Kami melakukan perubahan desain dengan menambah lahan parkir," ujarnya.
Bally menuturkan, dengan total investasi Rp 200 miliar di proyek ini, sebanyak 60 persen diperoleh dari pinjaman perbankan. Sementara modal selebihnya hasil kombinasi dari modal internal perseroan dan uang muka konsumen.
Rencananya, Soedirman Inn Condominium & Hotel ini menawarkan 400 unit kondominium dan 200 unit kondotel. Harga yang ditawarkan untuk unit kondominium tipe studio dibanderol mulai Rp 249 juta.
"Sebagian unit kondotel juga akan kita jual seharga sekitar Rp 299 juta," papar Bally.
Untuk penjualan tersebut, pihaknya menyiapkan cash back minimal 100 persen setelah 30 tahun. Nantinya, proyek properti ini juga akan dilengkapi dengan mal yang bekerja sama dengan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP), serta kolam renang yang terpisah antara kondominium dan kondotel.
"Untuk kondotelnya bakal dikelola Bally International Management Hotel," kata Bally.
Sampai saat ini, Riyadh Group merupakan pengembang lama di proyek-proyek properti hunian vertikal di Indonesia. Salah satu proyek hunian vertikalnya yang paling anyar adalah Pancoran Riverside. (Latief/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News