Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
Pelabuhan ini sudah diwacanakan sejak 2006 lalu, namun selalu tertunda-tunda. Studi pendahuluan dilakukan pada 2017 dan barulah pada 2019 proyek ini mendapat titik terang, dengan keluarnya SK Menteri Perhubungan No.263 Tahun 2019 tentang Rencana Induk Pelabuhan Anggrek Provinsi Gorontalo, yang saat ini sedang ditinjau kembali dalam mendukung upaya percepatan pembangunan Provinsi Gorontalo.
“Proyek ini akan memperkuat ekosistem pembangunan ekonomi bagi masyarakat Gorontalo. Tinggal bagaimana, semua stake holder mulai dari pemerintah daerah, pelaku usaha, masyarakat akademisi bersinergi untuk terus mengembangkan ekosistem perekonomian Gorontalo sehingga bisa menjadi tujuan investasi yang menguntungkan," kata Rahmat.
Melalui proyek ini, pelabuhan Anggrek nantinya dapat disinggahi kapal peti kemas dengan kapasitas 30.000 DWT (dead wight ton) dan kapal general cargo dengan kapasitas 10.000 DWT. Selain terminal bongkar muat barang dann peti kemas, pelabuhan ini juga akan dilengkapi berbagai fasilitas lain seperti peti kemas berpendingin (reefer container).
Kementerian Perhubungan mengumumkan pemenang Poyek KPBU ini pada 18 Juni 2021. Sementara penandatanganan perjanjian KPBU digelar pada 30 Juli dan tanggal 28 September 2021 telah efektif beroperasi. Pengamat dan praktisi KPBU Syaiful mengapresiasi terobosan yang dilakukan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sehingga membuat proyek ini bisa cepat beroperasi.
Salah satu terobosannya, menjadi proyek pelabuhan pertama yang perencanaannya menggunakan sistem Building Information Modelling System (BIM), yaitu suatu sistem atau teknologi di bidang AEC (Arsitektur, Engineering dan Construction) yang mampu mensimulasikan seluruh informasi di dalam proyek pembangunan ke dalam model 3 dimensi.
Kedua, perencanakan pengembangannya terintegrasi dengan pengembangan wilayah hinterland sebagai kawasan industri yang bersinergi dengan pengembangan kawasan Ekonomi Terpadu (Kapet) Gorontalo-Paguyaman-Anggrek-Kwandang (Gopandang), dalam upaya meningkatkan demand pelabuhan Anggrek dan memicu peningkatan kesejahteraan masyarakat Gorontalo.
Syaiful juga mengapresiasi keberanian AGIT berinvestasi di pelabuhan ini karena resikonya besar mengingat Gorontalo termasuk wilayah Terluar, Tertinggal, Terdepan (3T). Apalagi AGIT juga telah mengadopsi konsep green port yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan sustainable development goals (SDGs).
Sementara itu, Direktur Utama AGIT Hiramsyah Sambudhy Thaib mengatakan, investasi pembangunan Pelabuhan Anggrek yang diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar Rp 1,4 triliun yang direalisasikan secara bertahap.
Pembangunan tahap pertama akan dimulai pada 2022/2023, meliputi pembangunan dermaga, lapangan peti kemas (container), kargo dan fasilitas pendukung lainnya. Sedangkan pengembangan tahap kedua direncanakan pada tahun 2031/2032.
Selanjutnya: Pelabuhan Anggrek Gorontalo akan dikembangkan menjadi pelabuhan logistik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News