Reporter: Gentur Putro Jati |
JAKARTA. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kemenhub Dedi Darmawan mengeluhkan tingginya Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPNBM) yang dikenakan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) atas impor pesawat latih. Menurutnya harga Rp 2,5 miliar per unit tersebut belum termasuk PPNBM sebesar 50%.
Pengenaan pajak barang mewah mengacu pada Pasal 1 ayat (5) huruf b Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6/2003 tentang Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Yang Dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Bahwa impor pesawat udara dikenakan pajak dengan tarif 50% kecuali untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga.
"Sekarang di STIP ada dua helikopter yang tidak bisa dioperasikan. Karena importirnya harus membayar pajak sebesar Rp 19 miliar. Padahal keuntungannya hanya Rp 1 miliar. Ini aneh, kenapa justru untuk niaga bebas PPNBM tetapi untuk pendidikan justru dikenakan pajak," keluh Dedi.
Jika PPNBM tersebut dihilangkan, Dedi optimis biaya pendidikan penerbang bisa berkurang 30% sampai 40%. Saat ini biaya pendidikan penerbang di Indonesia selama 12 bulan sampai 18 bulan berkisar antara Rp 500 juta sampai Rp 600 juta.
"Kemenhub sedang mengusahakan bagaimana pesawat yang digunakan untuk pendidikan bisa mendapat fasilitas bebas pajak. Hari ini saya akan mengundang Pajak dan Bea Cukai untuk membahas pembebasan itu," kata Dedi.
Pembebasan PPNBM untuk pesawat latih menurutnya penting, karena sekarang adalah saat yang tepat untuk membeli pesawat latih. Mengingat, dalam beberapa tahun ke depan industri penerbangan Indonesia akan berkembang pesat. Seiring dengan semakin tingginya jumlah penumpang domestik dan internasional dari Indonesia, banyak maskapai yang terus menambah jumlah pesawatnya. Sehingga dibutuhkan pilot yang semakin banyak.
"Sekolah pilot di Indonesia sekarang ada 10. Sementara kebutuhan pilot kita per tahunnya sebanyak 400. STPI Curug hanya bisa menghasilkan 160 penerbang setiap tahun, sisanya sebisa mungkin disediakan sekolah swasta. Tapi kalau belum memenuhi terpaksa pakai pilot asing," jelas Dedi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News