kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45900,65   -5,64   -0.62%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenperin Optimistis Kinerja Industri Mamin Tumbuh 7% pada Tahun Ini


Selasa, 11 April 2023 / 13:41 WIB
Kemenperin Optimistis Kinerja Industri Mamin Tumbuh 7% pada Tahun Ini
ILUSTRASI. Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika di Jakarta, dalam Konferensi Pers ?Partisipasi Industri makanan dan Minuman dalam Hannover Messe 2023? di Jakarta, Senin (3/4).


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yakin industri makanan dan minuman (mamin) nasional dapat mencetak kinerja yang lebih baik sepanjang tahun 2023.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menyampaikan, momentum Ramadan dan Lebaran menjadi salah satu faktor pengungkit permintaan produk mamin di pasar.

Selain itu, berdasarkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dibuat oleh Kemenperin, sektor industri mamin menunjukan pertumbuhan yang positif dan berada dalam tren ekspansif.

"Kalau dari hasil IKI, pelaku industri mamin optimis bahwa sektor industri ini akan ekspansif dalam 6 bulan ke depan," ungkap dia saat ditemui Kontan.co.id, Selasa (11/4).

Baca Juga: Kemenperin-GAPMMI Hadirkan Teknologi Industri Mamin Tanah Air di Hannover Messe 2023

Pertumbuhan kinerja industri mamin juga terus membaik dari tahun ke tahun. Pada 2021 lalu kinerja sektor industri mamin hanya tumbuh 2,57% akibat pandemi Covid-19 yang masih berkecamuk di Indonesia. Sedangkan pada 2022 lalu kinerja sektor industri mamin naik 4,9%.

Kemenperin pun menargetkan pertumbuhan kinerja industri mamin tahun 2023 sekitar 5% sampai 7% sejalan dengan proyeksi dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI). Proyeksi ini mengacu pada kondisi Indonesia yang sudah mulai terbebas dari efek pandemi.

"Utilisasi produksi mamin sudah kembali ke level seperti sebelum masa pandemi," kata Putu.

Lebih lanjut, Putu bilang bahwa sensitivitas industri mamin sangat besar. Ketika harga bahan baku melonjak, para produsen mamin tidak serta merta ikut menaikkan harga produknya yang dijual ke konsumen. Permintaan dari konsumen pun berpotensi surut apabila harga-harga produk mamin yang tersedia mahal.

Baca Juga: Industri Manufaktur Tumbuh 5,01% di 2022, Tiga Sektor Ini Jadi Penopang

"Jadi walaupun ada masalah pada bahan baku, margin keuntungannya yang dikecilin. Yang penting bisa jalan dulu," tandas dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×