Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto
“Jadi, kami akan bisa berkontribusi untuk kebutuhan di dalam negeri. Bahkan, diharapkan bisa berupaya menarik investasi,” ujar Naufal.
Hal senada disampaikan oleh Mochamad Hidayat selaku lulusan Teknik Sistem Perkapalan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, bahwa dirinya juga siap membangun industri perkapalan di Indonesia setelah mendapat pengalaman kerja di Jepang. “Di Jepang, kami mengalami proses produksi yang cukup tinggi,” ungkapnya.
Menariknya, para fresh graduate tersebut memperoleh upah selama proses magang dan akan mendapat gaji yang cukup tinggi setelah bekerja.
“Ketika magang, kami mendapat 3000 yen per hari. Informasinya, ketika nanti kerja, kami akan mendapat gaji sekitar 200 ribu yen per bulan atau Rp25 juta,” ungkap Naufal.
Baca Juga: Gara-gara corona, Kemenperin imbau industri farmasi cari sumber bahan baku lain
Bisnis industri perkapalan atau galangan kapal di Indonesia dinilai masih prospektif. Apalagi, industri tersebut merupakan salah satu sektor yang strategis dan mempunyai peran vital bagi pendorong roda perekonomian nasional. Selain itu, guna mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Kemenperin mencatat, industri perkapalan nasional sudah mencapai beberapa kemajuan, di antaranya peningkatan jumlah galangan kapal menjadi lebih dari 250 perusahaan dengan kapasitas produksi yang mencapai sekitar 1 juta DWT per tahun untuk bangunan baru dan hingga 12 juta DWT per tahun untuk reparasi kapal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News