Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan iklim yang terjadi saat ini, seperti El Nino di beberapa negara termasuk Indonesia, menjadi penyebab musim kemarau yang panjang.
Hal ini berdampak pada produksi padi Indonesia pada tahun 2023 yang mengalami penurunan sebesar 1,12 juta ton gabah kering giling (GKG) atau sekitar 2,05% dibandingkan dengan produksi pada tahun 2022 yang mencapai 54,75 juta ton GKG.
Bustanul Arifin Caya, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan, menyatakan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya penurunan produksi padi nasional sebesar 2,05% pada tahun 2023, yaitu sebanyak 1,12 juta GKG.
Sementara itu, produksi padi pada tahun 2022 mencapai 54,75 juta ton GKG.
Baca Juga: Beras Langka dan Mahal, Ada Permainan Kartel?
"Dampak dari fenomena El Nino sudah terasa saat ini. Terjadi lonjakan harga beras di pasaran karena berkurangnya stok beras. Jika tidak diantisipasi, baik El Nino maupun La Nina dapat mengganggu ketahanan pangan nasional," ujar Bustanul seperti yang dikutip dalam siaran pers, Kamis (29/2).
Sri Mulyani, Project Manager Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP), menambahkan bahwa petani Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) SIMURP dilaksanakan melalui berbagai pendekatan seperti sekolah lapang, demonstrasi plot (Demplot), pertemuan lapangan, bimbingan teknis, dan Farmers Field Day (FFD) dengan pengawalan dan pendampingan oleh penyuluh CSA.
Pada tahun 2023, BPPSDMP mengalokasikan anggaran sebesar Rp 79 miliar untuk pelaksanaan kegiatan SIMURP di 1.017 desa yang tersebar di 117 BPP/kecamatan di 24 kabupaten dan 10 provinsi.
Sri Mulyani juga menekankan pentingnya peran penyuluh dalam menjalankan 5 Peran dan Fungsi BPP Kostratani, yaitu sebagai pusat data dan informasi pertanian, pusat gerakan pembangunan pertanian, pusat pembelajaran, pusat konsultasi agribisnis, dan pusat jejaring kemitraan.
Baca Juga: Impor Daging Sapi Bermasalah, Ini Strategi Estika Tata Tiara (BEEF) Amankan Stok
"Menghadapi situasi kelangkaan dan kenaikan harga pupuk, penyuluh diharapkan untuk aktif terlibat melalui CSA dalam mendukung Gerakan Genta Organik dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam di sekitarnya untuk pembuatan pupuk organik dan implementasinya secara masif," katanya.
Program SIMURP sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman kepada jajarannya di Kementan dan pemerintah daerah untuk mempercepat peningkatan luas tanam dan produksi padi pada tahun 2024.
Pendapat yang senada disampaikan oleh Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan pertanian CSA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News