Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA.Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi beras pada musim tanam (MT) I yang berlangsung pada Oktober 2020 hingga Maret 2021 akan menghasilkan 20 juta ton beras pada periode Januari hingga Juni 2021.
Target tersebut didapatkan dengan melihat target tanam MT I yang mencapai 8,2 juta hektar.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, setiap daerah pun sudah memiliki target produksi masing-masing. Dia mengatakan berbagai persiapan juga sudah dilakukan.
"MT 1 kita coba Oktober-Maret. berarti ini sudah masuk persiapan. Kita canangkan persiapan memasuki MT I," ujar Syahrul secara virtual, Senin (26/10).
Baca Juga: Mengenal fenomena La Nina yang dikhawatirkan Jokowi
Bila dirinci, target luas tanam pada MT I yakni seluas 775.656 ha di Oktober 2020, 990.168 ha di November 2020, 1,97 juta ha di Desember 2020, seluas 2,16 juta ha di Januari 2020, seluas 1,28 juta ha di Februari 2021 dan 1,01 juta ha di Maret 2020.
Lebih lanjut, Syahrul pun mengatakan untuk musim tanam II tahun ini akan berakhir pada Desember 2020. Menurutnya, dari musim tanam tahun ini akan ada beras yang dicarry over sekitar 7 juta ton.
Dengan stok carry over 2020 dan produksi beras di MT I, maka produksi beras akan mencapai sekitar 27 juta ton hingga Juli. Dia pun memperkirakan konsumsi beras pada masa tersebut sebanyak 15 juta ton, sehingga sisa produksi masih cukup besar.
Meski begitu, Syahrul tak menampik bila masa tanam kali ini Indonesia pun dihadapkan dengan ancaman La Nina.
Baca Juga: La Nina, fenomena yang kini menjadi pusat perhatian pemerintah
"Saat kita mempersiapkan ini [persiapan MT I], kita berhadapan dengan La Nina. Kasarnya, akan ada ancaman banjir, ancaman longsor, dan ancaman kegagalan panen pada daerah-daerah tertentu. Karena airnya banyak, dimana gejala-gejala hama yang mungkin juga muncul saat banjir," jelas Syahrul.
Karena itu, dia mengatakan berbagai upaya antisipasi dan mitigasi dampak La Nina adalah memetakan (mapping) wilayah rawan banjir, lalu early warning system dan rutin memantau informasi BMKG, meluncurkan Brigade La Nina (Brigade DPI-OPT), Brigade Alsin dan Tanam, Brigade Panen dan serap gabah kostraling.
Upaya selanjutnya adalah melakukan pompanisasi in-out dari sawah, rehabilitasi jaringan irigasi tersier/kuarter, menggunakan benih yang tahan air atau genangan, memasifkan asuransi usaha tani padi dan bantuan benih gratis bagi petani yang mengalami puso, serta pasca panen menggunakan dryer/pengering hingga rice milling unit (RMU).
Selanjutnya: Perkuat ketahanan pangan saat pandemi, Kementan dorong pengembangan sagu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News