Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Produksi emas PTFI pun anjlok di tahun lalu. Sepanjang 2019, produksi emas PTFI tercatat sebesar 863.000 ounces, atau turun drastis 64,27% dari capaian tahun 2018 yang mencapai 2,41 juta ounces.
Lewat sejumlah upaya pengembangan, PTFI mengharapkan laju produksi yang lebih tinggi mencapai rata-rata 29.000 metrik ton bijih per hari pada tahun 2020, mendekati 60.000 metrik ton bijih per hari pada 2021 dan 80.000 metrik ton bijih per hari pada 2022 dari tiga blok produksi.
Baca Juga: Berpotensi lanjut melemah, ini rekomendasi analis untuk saham United Tractors (UNTR)
Dari sisi biaya operasi dalam pengembangan tambang bawah tanah, Direktur Utama PTFI Tony Wenas mengungkapkan bahwa PTFI menganggarkan dana sebesar US$ 20 miliar selama 20 tahun, hingga tahun 2041.
Artinya, sebut Tony, rata-rata setiap tahun PTFI mengeluarkan investasi sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun. "Investasi (tambang) bawah tanah harus jalan terus. Setiap tahun rata-ratanya US$ 1 miliar, di luar smelter," ungkap Tony.
Lebih rinci, menurut laporan dari FCX, belanja modal khusus pengembangan tambang bawah tanah diperkirakan berkisar US$ 0,8 miliar per tahun untuk periode tiga tahun 2020 hingga 2022.
Sementara itu, dari sisi penjualan, Dirjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan bahwa PTFI masih belum mengajukan kuota ekspor untuk periode setahun ke depan. "Mereka belum mengajukan, masih memakai paket yang lalu," ungkapnya.
Baca Juga: Kinerja operasional emiten jasa pertambangan batubara bervariasi di tahun lalu
Asal tahu saja, dalam periode setahun ini, PTFI mengantongi kuota ekspor konsentrat tembaga sejak 8 Maret 2019 hingga 8 Maret 2020. Awalnya, kuota ekspor yang disetujui Kementerian ESDM hanya sebesar 198.282 ton.
Namun, pada September 2019, PTFI menambah kuota ekspor seiring dengan adanya tambahan produksi dari optimalisasi tambang terbuka Grasberg. Tambahan yang diberikan sekitar 500.000 ton. Sehingga, kuota ekspor yang dipegang PTFI dalam periode setahun lalu berkisar 700.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News