Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus kebocoran gas Blok Offshore North West Java (ONWJ) yang dikelola oleh Pertamina Hulu Energi ONWJ masih terus berlanjut. Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto sempat menyebut kasus kebocoran tersebut bisa saja berdampak buruk.
"Risiko paling fatal adalah rig tenggelam, seperti dalam film Deep Water Horizon," sebut Djoko di Kantor Kementerian ESDM. Film yang diperankan Mark Wahlberg tersebut bercerita mengenai kecelakaan kerja pada sumur minyak.
Baca Juga: Pertamina klaim volume tumpahan minyak di perairan Karawang tinggal 10%
Meski demikian sejauh ini Pertamina terus berupaya menangani agar tumpahan minyak dan kebocoran gas tidak bertambah parah.
Direktur Hulu PT Pertamina Dharmawan H Samsu menceritakan kronologis masalah ini bisa sampai terjadi. Dharmawan mengatakan, bahwa kejadian ini terjadi pada 12 Juli 2019 pada pukul 01.30 WIB pada saat melakukan re-entry di sumur YYA-1 pada kegiatan re-perforasi.
Lalu, muncul gelembung gas di Anjungan YYA dari rig Ensco-67 yang terletak di wilayah operasional offshore ONWJ. Adapun, Sumur YYA-1 adalah merupakan sumur eks eksplorasi YYA-4 yang dibor pada tahun 2011. Sumur inilah yang mengalami kebocoran.
Baca Juga: Kontraktor Sumur Migas Pertamina yang Bocor di ONWJ Diminta Bertanggungjawab
Kemudian, 14 Juli 2019 pukul 22.40 WIB, dilakukan evakuasi terhadap seluruh pekerja yang berkeja di anjungan dan disekitar area tersebut. Lalu, 15 Juli, Pertamina menyurati PHE ONWJ menyatakan keadaan darurat dengan surat ke SKK Migas dan Kementerian ESDM. Sehari setelahnya, mulai terlihat lapisan minyak di permukaan laut sekitar, di samping gelembung gas pun masih terus terjadi.
Lalu pada 17 Juli, tumpahan minyak mulai terlihat di sekitar anjungan. Sehari setelahnya, tumpahan minyak mencapai pantai ke arah Barat. Posisi jarak anjungan degan garis pantai Karawang sekitar 2 kilometer (km).
Baca Juga: Walhi sebut tumpahan minyak Pertamina telah sampai Kepulauan Seribu
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, kebocoran itu sudah berdampak ke 10 desa. Delapan desa di antaranya tersebar di Karawang dan dua desa di Bekasi serta tujuh pantai. "Pengelolaan limbah di Karawang dan Bekasi mencapai 17.830 karung. Penanggulangan tumpahan minyak di shoreline sudah dipasang oil boom onshore dan melanjutkan pembersihan limbah di area mangrove," kata Djoko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News