Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tim Kajian Hilirisasi Batubara Badan Litbang Kementerian ESDM mencatatkan bahwa proyek Dimethyl Ether (DME) secara keekonomian layak dijalankan. DME merupakan produk hilirisasi batubara yang dapat menjadi substitusi LPG, yang saat ini masih dipakai untuk rumah tangga.
Menurut Plt. Kepala Badan Litbang Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, kebijakan pemerintah yang perlu disiapkan untuk mendukung proyek ini antara lain adalah kebijakan Harga Jual khusus Batubara, Harga Jual DME, dan Skema Subsidi DME.
Selain memperhitungkan aspek finansial, Dadan mengatakan, proyek DME juga akan memberikan nilai tambah yang lebih luas terhadap negara.
"Selain keekonomian proyek, setidaknya terdapat 6 poin dampak ekonomi dari hilirisasi batubara dengan kapasitas produksi sekitar 1,4 juta ton DME. Benefit ini mungkin belum banyak diketahui publik," ungkap Dadan dalam keterangan tertulis di Situs Kementerian ESDM yang dikutip Kontan.co.id, Senin (7/12).
Baca Juga: Pertamina gandeng ADRO dan INDY untuk pengembangan gasifikasi batubara jadi DME
Keenam poin yang disebutkan Dadan tersebut adalah, pertama, DME bisa meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan impor LPG. Dengan penggunaan DME, akan menekan impor LPG hingga 1 juta ton LPG per tahun, dengan kapasitas produksi DME 1,4 juta ton per tahun.
Kedua, bisa menghemat cadangan devisa hingga Rp 9,7 triliun per tahun dan menghemat neraca perdagangan hingga Rp 5,5 triliun per tahun. Ketiga, akan menambah investasi asing yang masuk ke Indonesia sebesar US$ 2,1 miliar (sekitar Rp 30 triliun).
Keempat, pemanfaatan sumberdaya batubara kalori rendah sebesar 180 juta ton selama 30 tahun umur pabrik. Kelima, adanya multiplier effect berupa manfaat langsung yang didapat pemerintah hingga Rp 800 miliar per tahun.
Keenam, bisa memberdayakan industri nasional yang melibatkan tenaga lokal dengan penyerapan jumlah tenaga kerja sekitar 10.570 orang pada tahap konstruksi dan 7.976 orang pada tahapan operasi.
Baca Juga: Bomba Grup teken MoU dengan Pertamina terkait gasifikasi batu bara
Dalam keterangan tertulis tersebut, disebutkan bahwa hal ini membantah kajian lembaga think tank yang menyebutkan bahwa kerugian tahunan proyek DME Indonesia mencapai US$ 377 juta.
Tim kajian hilirisasi batubara juga menyebut telah melakukan analisis dan konfirmasi terhadap kajian lembaga think tank tersebut dengan Feasibility Study (FS) PT Bukit Asam (PTBA) yang mencatatkan bahwa secara keekonomian proyek DME menghasilkan net present value (NPV) sebesar US$ 350 juta dan internal rate of return (IRR) sekitar 11%, sehingga proyek ekonomis dan tidak mengalami kerugian.
Selanjutnya: Demi tekan CAD, Ahok beberkan sejumlah solusi sektor migas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News