Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyoroti pentingnya perbaikan aspek keamanan untuk smelter yang dioperasikan oleh perusahaan China. Pasalnya dalam setahun terakhir ini terjadi beberapa kecelakaan kerja yang berakibat fatal.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif menyampaikan, perusahaan China memang lebih gesit membangun smelter ketimbang perusahaan dari negara lain seperti Kanada dan Jepang.
“Hanya saja ada kelemahan smelter China misalnya soal keamanan yang kejadian kemarin ini,” ujarnya ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (29/12).
Baca Juga: Investasi Smelter Diprediksi Turun
Irwandy mengemukakan, kelemahan ini tidak hanya pada teknologinya saja tetapi juga dalam implementasinya. Pasca-kejadian fatal kemarin, sudah ada perbaikan-perbaikan yang mulai diimplementasikan di perusahaan yang bersangkutan.
Dia memberikan gambaran proses pembangunan smelter tidaklah mudah karena banyak aspek keamanan yang diperhitungkan.
Seperti diketahui baru-baru ini terjadi kejadian fatal di PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Pada Minggu (24/12) terjadi ledakan tungku smelter milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (PT ITSS) yang merupakan anak usaha Tsingshan Group asal China yang menewaskan belasan orang.
Adapun ITTS mengantongi izin usaha industri (IUI) sehingga kewenangannya berada di Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Meski demikian, proses evaluasi tidak hanya melibatkan satu kementerian saja, tetapi juga berkoordinasi dengan Kementerian ESDM dan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves).
“(Evaluasi) Pasti dilebarkan, harus ada kerja sama antara Kementerian Perindustrian lalu Kementerian ESDM lalu berkoordinasi dengan Marves. Sekarang kan begitu ada kejadian baru semua bereaksi. Harus audit harus apa,” kata Irwandy.
Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya, Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni menyatakan pihaknya proaktif melakukan koordinasi dengan PT ITSS dan pihak-pihak terkait dalam upaya cepat penanganan kecelakaan kerja tersebut.
Febri menyampaikan, hasil inspeksi dari tim investigasi tersebut, selain untuk mengetahui penyebab musibah di PT ITSS, juga dapat menjadi evaluasi dari perusahaan untuk lebih baik lagi dalam pengawasan dan pengendalian terkait penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
“Jadi Standard Operating Procedure (SOP) benar-benar dijalankan dengan benar, termasuk yang berkaitan dengan pekerjanya dan teknologi yang digunakan,” tuturnya dalam keterangan resmi, Minggu (24/12).
Baca Juga: Pemerintah Tegaskan Komitmen Dorong Hilirisasi
Bagi Kemenperin, implementasi K3 sangat krusial untuk mencegah dan menekan angka kecelakaan kerja di sektor industri. “Pelaksanaan K3 harus menjadi prioritas bagi dunia usaha di Indonesia. Kami mengajak dan mendorong kepada sektor industri agar budaya K3 melekat pada setiap individu di perusahaan,” lanjut Febri.
Asal tahu saja, kecelakaan kerja fatal di kawasan industri nikel bukan yang pertama.
Sebelumnya pada 27 April 2023, dua pekerja dumping milik PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Industry, yang juga berada dalam kawasan PT IMIP mengalami kecelakaan kerja sehingga merenggut nyawa Arif dan Masriadi.
Tidak cuma itu, pada 22 Desember 2022 lalu, dua pekerja mengalami kecelakaan serupa akibat ledakan tungku yang terjadi di kawasan industri nikel milik PT Gunbuster Nickel Industri, sebuah perusahaan besar asal Tiongkok yang beroperasi di kabupaten Morowali Utara. Kejadian itu merenggut nyawa Nirwana Sale dan Made Defri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News