kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kementerian ESDM sebut defisit sektor migas karena naiknya harga minyak mentah


Senin, 17 September 2018 / 17:51 WIB
Kementerian ESDM sebut defisit sektor migas karena naiknya harga minyak mentah


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data defisit sektor migas. Pada Agustus 2018, defisit perdagangan migas sebesar US$ 1,66 miliar atau naik dari Juli 2018 yang hanya sebesar US$ 1,22 miliar. Sementara pada Agustus 2017, defisit migas hanya sebesar US$ 777,6 juta.

Sepanjang tahun ini, neraca sektor migas memang mengalami defisit. Dari Januari-Agustus 2018, BPS mencatat defisit neraca sektor migas mencapai US$ 8,35 miliar. Dalam periode yang sama tahun lalu, defisit perdagangan sektor migas mencapai US$ 5,39 miliar.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan tidak menampik defisit neraca migas. Menurutnya defisit neraca migas dipengaruhi oleh tingginya harga minyak mentah dunia. Apalagi produksi minyak mentah Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan minyak mentah dalam negeri sehingga dibutuhkan impor minyak mentah.

"Neraca perdagangan pasti minus karena harga impor minyaknya tinggi dan ekspornya juga tinggi. Tapi secara nilai pasti kalah. Indonesia Crude Price (ICP) kita sesuai asumsi APBN di awal 2018 sebesar US$ 48 per barel. Sekarang sudah sekitar ICP US$ 70 per barel," tegas Jonan pada Senin (17/9).

Secara umum, Jonan mengatakan kenaikan proyeksi penerimaan ini diakibatkan oleh meningkatnya harga komoditas. "Mayoritas kebanyakan akibat peningkatan harga komiditas, terutama minyak. Minerba juga naik banyak," ujar Jonan.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menambahkan, menurunnya ekspor minyak mentah Indonesia dipengaruhi oleh alih kelola blok-blok migas terminasi kepada Pertamina. Sementara untuk kenaikan impor minyak mentah dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi yang lebih baik.

"Ekspor turun iya, karena ada blok yang tadinya milik asing sekarang punya Pertamina. Kedua, penurunan produksi 30.000 barel oil per day. Harusnya impor turun, tapi naiknya impor tersebut karena karena ada kegiatan ekonomi yang naik," urai Arcandra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×